SATULIS.COM, BAUBAU – Kepulauan Buton kaya akan potensi alam, tidak terkecuali di bidang pertanian. Bahkan beberapa produk unggulan pertanian Buton telah di eksport ke sejumlah negara, salah satunya pasar Dubai, Uni Emirat Arab.
Selain telah memiliki produk unggulan, peluang menjadi eksportir muda kian terbuka dengan adanya dorongan dari Badan Karantina Pertanian Kementan RI dan Pemprov Sultra. Beberapa produk pertanian itu yakni, kopra, kakao, kacang mete, jagung hingga cengkeh.
Kepala Karantina Pertanian Kendari, LM Mastari menguraikan, data sistem otomasi perkarantinaan menunjukkan saat ini komoditas yang dapat diekspor langsung adalah kakao dalam bentuk setengah jadi yakni tepung, cacao butter.
Hingga Juni 2019, kata dia, produk milik PT Kalla ini telah diekspor sebanyak 240 ton ke Belanda dan Jerman. Selain itu, komoditas unggulan lain Sultra yang diekspor melalui Makassar dan Surabaya selama 2018 adalah 45.049,8 ton kopra, 4.567,2 ton kakao, 7.851 ton kacang mete, 3.957,6 ton jagung dan 3.043,9 ton cengkeh.
“Komoditas ini berasal dari Sultra kepulauan, yakni Kota Baubau, Kabupaten Buton, Buton Selatan, Buton Tengah, Muna, Muna Barat, Wakatobi, Buton Utara, dan Konawe Kepulauan. Diharapkan kedepan Pelabuhan Murhum Baubau dapat menjadi pelabuhan ekspor,” tandas Mastari pada acara Executive Meeting Koordinasi Akselerasi Ekspor Komoditas Pertanian Wilayah Kepulauan Sultra, di salah satu hotel di Baubau, Kamis (20/6).
Sebelumnya, Kepala Badan Karantina Pertanian Kementan, Ali Jamil mengatakan, produk lokal lainnya asal Kepton yang telah menembus pasar Dubai, Uni Emirat Arab yakni tepung kelapa.
“Sungguh disayangkan potensi ekspor yang sangat tinggi ini belum dapat langsung dikirim melalui Sultra. Masih melalui Surabaya. Ini yang harus kita carikan solusinya,” kata Ali
Ia menjelaskan, Peraturan Mentan Nomor 50/2012 sudah mengatur kebijakan operasional pembangunan pertanian melalui pendekatan kawasan. Ini merupakan upaya orientasi manajemen pembangunan dari kawasan sentra produksi yang segregatif menjadi kerja sama jaringan kelembagaan antar wilayah dengan komoditas pertanian unggulan sebagai perekatnya.
“Pesan kami kepada pelaku usaha, pahami aturan kepabeanan dan karantina sebagai trade tools di perdagangan global. Tanyakan pada Bea Cukai dan Karantina Pertanian di seluruh Indonesia. Kami siap membantu tumbuhnya eksportir muda untuk menuju Indonesia sebagai lumbung pangan dunia,” pungkasnya.
Sementara itu, Pj Sekretaris Provinsi Sultra, La Ode Mustari menilai Pelabuhan Murhum Kota Baubau cukup potensial menjadi akses utama pengiriman komoditas ekspor wilayah Sultra kepulauan. Pemerintah Kota (Pemkot) Baubau ikut andil melakukan penataan pelabuhan tersebut.
“Saya juga mengajak para pelaku agribisnis di kawasan Sultra kepulauan untuk terus lakukan inovasi dan investasi. Sumber daya alam kita sangat banyak. Mari kita kelola bersama agar dapat memenuhi pasokan nasional dan juga memiliki daya saing di pasar ekspor, yang bermuara pada kesejahteraan masyarakat,” ujar Mustari. (Adm)