SATULIS.COM, BUTON – Praja dan Purna Praja APDN/IIP/STPDN/IPDN se-Kepulauan Buton menggelar acara Silaturahmi, Minggu (29/12). Dilaksanakan di Kabupaten Buton, acara tersebut terpusat di Kali Topa, Kecamatan Wabula.
Bupati Buton, Drs. La Bakry, MSi sebagai Purna Praja dan pernah tercatat sebagai dosen di IIP turut hadir dalam acara tersebut. Para Purna praja yang telah menduduki sejumlah jabatan penting di Lingkup Pemkab Buton juga hadir dan turut memeriahkan acara yang diisi dengan berbagai lomba. Orang tua praja turut diundang.
Ancoi La Usu, Purna Praja APDN tahun 1967 turut hadir dan menguraikan pengalaman selama menempuh Pendidikan di akademi pemerintahan dan selama berkarir di birokrasi.
Lomba yang dikemas dalam Game integritas cukup menarik perhatian masyarakat setempat. Lomba Voly Balon Air dan Bakia semakin melarutkan suasana akrab antara Praja, Purna Praja dan orang tua praja dalam acara tersebut.
“Kegiatan ini digelar sebagai bentuk keinginan besar para Praja untuk lebih mempererat hubungan dengan purna Praja se-Kepton. Selain sarana silaturahim, juga sebagai wahana untuk bertukar pikiran dan ide kreatif kepemudaan bagi praja dalam menjalankan tugas ke depan,” kata Ketua Panitia, Wasana Praja, Fauzan.
Koordinator Praja Kabupaten Buton, Drs. La Ode Muhidin Mahmud (Asisten III Sekda Buton), mengajak para praja dan purna praja untuk meraih cita-cita melalui proses yang ada.
Bupati Buton, Drs La Bakry mengingatkan para praja untuk tetap berproses dan melakukan tugas dengan sebaik-baiknya. Menurutnya, perjalanan hidup seseorang tidak ada yang tau. Pendidikan hanya sebagai sarana.
“Bangga boleh, tetapi tidak boleh tinggi hati. Kita harus meniru dan mengimplementasikan pesan-pesan leluhur kita di Buton, yakni Falsafah Pomaemaeka (tenggang rasa), Pomamasiaka (saling menyayangi), poangka-angkataka (saling menghargai), dan popiapiara (saling memelihara),” kata Bupati Buton.
“Bangga boleh, tetapi tidak boleh tinggi hati. Kita harus meniru dan mengimplementasikan pesan-pesan leluhur kita di Buton, yakni Falsafah Pomaemaeka (tenggang rasa), Pomamasiaka (saling menyayangi), poangka-angkataka (saling menghargai), dan popiapiara (saling memelihara),” kata Bupati Buton.
Sebagai senior dan kakak praja, Bupati Buton menghimbau dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, orang Buton memegang aturan, yakni Inda indamo arata somanamo karo, inda-indamo karo somanamo Lipu, inda indamo Lipu somanamo Syara, inda indamo Syara somanamo Agama.
Dikatakan La Bakry, falsafah dan ajaran orang Buton itu jangan hanya dihafal tapi nilai dan prinsip leluhurnya harus direalisaikan dalam sikap dan perilaku. Dimanapun berada.
“Saya yakin kalau itu dipraktekkan, pasti akan sukses. Saya merantau dari Ambon ke Jakarta hanya bermodalkan prinsip itu. Alhamdulillah semua hambatan dan rintangan dapat dilalui dengan sukses. Indonesia beragam dalam kebhinekaan. Kita tidak boleh membawa ego dan suku, tapi membawa kepentingan bersama yang terkandung dalam prinsip Bolimo Karo Somanamo Lipu,” kata La Bakry. (Adm)