Kamis, November 21, 2024

Ayah, Ibu, Coba Dengarkan Cerita Anakmu…

SATULIS.COM – Tahukah Anda, kebiasaan kecil, mendengarkan cerita sang buah hati, bisa membawa pengaruh yang besar?

Mendengarkannya bercerita, tentang apa pun, akan membuat si kecil merasa dihargai dan dipercaya.

Kebiasaan orangtua mendengarkan anak diyakini bisa meminimalisasi bahaya yang mengintai.

Sebut saja pelecehan seksual terhadap anak yang kini kerap terjadi.

Di Banyumas, Jawa Tengah, seorang ibu kaget setelah mendengar cerita anaknya yang mengaku dipegang bagian tubuhnya oleh seorang pedagang keliling.

Karena si anak cerita, sang ibu bisa bertindak cepat.

Psikolog anak dan keluarga, Astrid WEN mengatakan, mendengarkan dan mempercayai cerita anak penting dipahami oleh para orangtua.

“Untuk yang terjadi pada anak-anak, sangat baik jika orangtua mendengarkan cerita anak, sehingga mampu membangun komunikasi yang lancar, terbuka, jujur, antara orangtua dan anak. Itu sangat penting,” ujar Astrid saat seperti dilansir Kompas.com, Sabtu (11/1/2020).

Dengan komunikasi yang baik, akan menumbuhkan keberanian anak bercerita kepada orangtua.

Keberanian ini, kata Astrid, timbul karena orangtua yang mau mendengarkan cerita, keluh kesah, dan apa yang ada di pikiran anak.

Astrid mengungkapkan, jika anak bercerita, sebaiknya orangtua mendengarkan dengan seksama, menganggap cerita anak penting, tak tak sibuk sendiri.

“Pada kasus di Banyumas, anaknya lapor ke orangtua kalau dipegang orang asing. Berarti dia tidak takut cerita ke orangtua. Sebaiknya orangtua mendengarkan, tidak meremehkan cerita, dan jangan sibuk sendiri,” ujar Astrid.

Menurut Astrid, dengan cara ini, orangtua akan memahami apa yang dialami anak dan terjalin komunikasi yang baik antara keduanya.

Selain itu, ia mengingatkan, pentingnya mengedukasi anak mengenai anggota tubuh dan melindungi tubuh.

Misalnya, hal sederhana, seperti menutup tubuhnya saat ke luar kamar mandi.

Baca Juga :  Simak! Berikut Daerah di Sultra Berpotensi Dilanda Cuaca Ekstrem Sepekan Kedepan

“Untuk anak kecil yang hendak ke kamar mandi, saat keluar dari kamar mandi alangkah baiknya memakai handuk untuk menutupi bagian tubuh privasinya,” ujar Astrid.

Hal ini juga ditekankan berlaku saat berada di ruang publik.

Anak juga perlu diedukasi soal gender. Hal yang sederhana, kata dia, memperkenalkan perbedaan pakaian renang yang dikenakan anak perempuan dan anak laki-laki. 

“Biasanya anak kecil bertanya, kenapa bagian ini ditutup baju renang? Dikasih tahu kalau ini area privasi, tidak boleh sembarang orang bisa melihat dan menyentuhnya,” kata Astrid.

Sentuhan

Terkait pencegahan pelecehan seksual terhadap anak, Astrid mengatakan, sebaiknya orangtua mengajarkan tentang bagaimana mengungkapkan rasa tidak nyaman yang dirasakan oleh anak, misalnya sentuhan.

Jika ada sentuhan yang membuat si anak tidak nyaman, ia mengimbau kepada orangtua, agar mengajarkan kejujuran untuk peka atas apa yang terjadi pada tubuh anak.

“Kalau ada sentuhan yang membuat anak tidak nyaman, dia perlu bilang ke orangtua atau keluarga yang dekat, atau ada sakit. Anak tersebut diajarkan juga untuk peka atas apa yang terjadi ke badannya,” kata dia.

Astrid mengatakan, jika terjadi sesuatu yang membuat anak tidak nyaman, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan psikolog untuk menemukan jalan keluar terbaik. (Adm)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

IKLAN

Latest Articles