SATULIS.COM, Buton Tengah – Intens melakukan komunikasi dan memiliki riwayat kontak dengan pasien positif Covid-19, dua warga Kabupaten Buton Tengah (Buteng), menolak untuk dilakukan pemeriksaan rapid test. Kedua orang itu yakni Kepala Desa (Kades) Wasilomata I, Sidali dan seorang guru SMA di Buteng, La Tia.
Danramil 1413/04 Mawasangka, Lettu Inf Syafaruddin mengatakan, pihaknya baru saja melakukan pengawalan tim Satgas Covid-19 Kecamatan Mawasangka guna merapid test 20 warga Desa Wasilomata I.
Pemdampingan tersebut sehubungan dengan hasil telusur kontak dari tim gugus kecamatan terhadap 2 warga Wasilomata I yang dinyatakan positif covid-19 oleh medis berdasarkan hasil uji swab pada 15 Mei lalu.
Namun sayang dari 20 orang yang akan di lakukan rapied test, ada 2 orang warga yang menolak untuk menjalaninya, yakni kepala desa Wasilomata I, Sidali dan La Tia.
“Hasil telusur kontak medis bahwa kades Sidali sangat intens berinteraksi dengan 2 orang yang dinyatakan positif corona. Makanya tim medis melakukan rapied test terhadap dirinya tapi dia (kades) menolak dengan berbagai alasan,” ucap Lettu Inf Syafaruddin saat di konfirmasi, Sabtu (30/05/2020) pagi.
Kukuh dengan pendiriannya, Babinsa Koramil 1413/04 Mawasangka, Serka Samiun yang berada di lokasi saat itu coba memberikan pemahaman. Berbagai cara di lakukan untuk meyakinkan kades namun semua sia sia.
Tak putus asa, camat Mawasangka pun turun tangan. Namun hasilnya sama, yakni kades Sidali enggan melakukan rapied test.
Tak hanya kades, salah satu warga yang enggan menjalani rapied test adalah La Tia. Pria yang kesehariannya berprofesi sebagai seorang guru di salah satu sekolah menengah atas tersebut juga menolak melakukan pemeriksaan.
“Padahal dari pengakuannya sendiri (La Tia) terhadap kepala UPTD La Korua di Masteng bahwa dirinya sempat inap di rumah keluarganya yang positif corona selama 2 minggu,” katanya.
Menurut lettu Inf Syafaruddin, apa yang dilakukan oleh 2 orang warga tersebut sangat tidak patut di contoh apalagi mereka adalah pemimpin.
“Sangat disayangkan ada kades dan guru, Semestinya mereka memberikan contoh yang baik bukan sebaliknya terhadap masyarakat. Padahal warga yang lain begitu antusias dalam menjalani rapid tes karena ingin mengetahui secara pasti aman atau tidak dari virus corona,” pungkasnya.
Diketahui, dari 20 orang yang menjalani rapied test di balai desa Wasilomata I, 2 orang yang menjalani pemeriksaan dinyatakan reaktif yakni, perempuan dengan usia 60 tahun namun tidak memiliki keluhan apa apa.
Selain perempuan, salah satu warga yang reaktif adalah seorang laki laki dengan usia 37 tahun dengan tanpa keluhan juga. (Adm)
Peliput : Arwin