SATULIS.COM, Berlin – Menteri Kesehatan Jerman Jens Spahn pada hari Kamis mengatakan kepada televisi ZDF bahwa dia memperkirakan akan ada vaksin COVID-19 dalam beberapa bulan mendatang.
“Saya optimistis dalam beberapa bulan ke depan, dan pasti tahun depan bisa ada vaksinnya,” kata Spahn.
Dia menolak memberikan bulan tertentu dan mengatakan belum mungkin untuk mengatakan seberapa sering orang perlu divaksinasi atau berapa lama kekebalan yang diberikannya.
Dia menambahkan: “Tapi satu hal yang bisa kita katakan adalah bahwa berkat kita bekerja sama semua – peneliti, ilmuwan, masyarakat – kita mungkin akan memiliki vaksin lebih cepat daripada sebelumnya dalam sejarah umat manusia.”
Jumlah pasien positif harian di Jerman terus naik dalam beberapa minggu terakhir. Beberapa ahli kesehatan memperingatkan masyarakat kurang mematuhi protokol kesehatan seperti memelihara kebersihan dan menjaga jarak sehingga virus corona (SARS-CoV-2) cepat menyebar di komunitas.
“Kita telah memasuki gelombang kedua, terlihat dari (kasus pasien positif) yang perlahan naik,” kata Susanne Johna, presiden Marburger Bund, organisasi yang mewakili para dokter di Jerman, saat diwawancarai koran Augsburger Allgemeine.
Ia menjelaskan keinginan kembali beraktivitas normal dan longgarnya aturan pembatasan dapat menyudahi keberhasilan yang telah dicapai Jerman dalam mengendalikan COVID-19. Ia meminta masyarakat Jerman untuk mematuhi aturan pembatasan sosial, menjaga kebersihan, dan mengenakan masker.
Sejauh ini, Jerman dapat menekan angka kematian sehingga korban jiwa di sana jauh lebih rendah daripada di negara Eropa lainnya seperti Prancis dan Italia. Situasi itu terjadi berkat pemeriksaan massal, layanan kesehatan yang memadai, dan kepatuhan masyarakat terhadap aturan pembatasan.
Data Robert Koch Institute (RKI) menunjukkan kasus positif di Jerman pada Selasa bertambah 879 jiwa sehingga totalnya sebanyak 211.281 orang. Sementara itu, jumlah korban jiwa bertambah delapan orang jadi 9.156 jiwa.
Johna mengatakan rumah sakit di Jerman telah mempersiapkan layanannya, termasuk kasur-kasur di unit layanan intensif untuk pasien COVID-19 dengan gejala sakit parah. Bersamaan dengan itu, pihak rumah sakit juga perlahan mengurangi jumlah pasien rawat inap yang masuk bangsal umum.
Menurut data Asosiasi Lintas Disiplin untuk Layanan Intesif Jerman (DIVI), total kasur di unit layanan intensif mencapai hampir 21.000, dan 12.200 di antaranya masih belum digunakan. Jumlah pasien COVID-19 yang dirawat di unit layanan intensif per Senin mencapai 270 orang, dan 130 di antaranya menggunakan alat bantu pernapasan/ventilator. (Adm)