SATULIS.COM, BAUBAU – Perhatian Pemkot Baubau terhadap pembangunan kebudayaan sebagaimana dengan visi dan misi menjadikan Kota Baubau sebagai kota yang sejahtera maju dan berbudaya secara terus menerus dilakukan. Bahkan, pada tahun 2021, Pemkot Baubau telah berkomitmen berkonsentrasi untuk membangun kebudayaan.
Hal ini diungkapkan Wakil Wali Kota Baubau La Ode Ahmad Monianse saat memberikan sambutan pada kegiatan ritual adat Bongka’a Lipu Morikana tahun 2021 di areal Lipu Morikana jalan raya palagimata Minggu (14/3/2021).
Menurut Wakil Wali Kota Baubau Ahmad Monianse, komitmen untuk berkonsentrasi membangun kebudayaan tersebut sebagai satu komitmen yang kuat dari Wali Kota Baubau Dr H AS Tamrin, MH. Termaksud di tahun 2021 ini akan membentuk dinas baru yakni Dinas Kebudayaan sebagai dinas tersendiri terpisah dari Dinas Pendidikan.
Dengan terpisahnya Dinas Kebudayaan, maka konsentrasi Pemkot Baubau untuk membangun kebudayaan akan lebih fokus, sebab bukan lagi menjadi bagian kecil dari dinas pendidikan tapi satu kekuatan utuh untuk membangun peradaban.
Dikatakan orang nomor dua di Kota Baubau ini, dibentuknya OPD Dinas Kebudayaan dikarenakan Wali Kota Baubau Dr H AS Tamrin, MH telah melihat visi misi Kota Baubau membangun kebudayaan, yakni maju, sejahtera dan berbudaya. Akhir-aklhir ini kelihatannya kebudayaan belum kelihatan sebagai sesuatu yang menggigit sehingga Wali Kota Baubau mencetuskan ide harus membuat dinas tersendiri yakni Dinas Kebudayaan.
”Mudah-mudahan saja dengan lahirnya dinas tersendiri ini maka kebudayaan di Kota Baubau dan kebudayaan yang ada di lingkungan kita khususnya di masyarakat Lipu, Katobengke dan Labuantae ini akan terus digali dan terpelihara sampai kemudian bisa dinikmati oleh generasi berikutnya,” katanya.
Wali Kota Baubau tambah Ahmad Monianse juga sudah memerintahkan kepada Kadis Pendidikan dan Kebudayaan agar menganggarkan revitalisasi kawasan Lipu Morikana. Karena itu, pada bulan Februari ini sudah dibuat perencanaannya dan 2 atau 3 bulan ke depan sudah melihat ada pergerakan untuk revitaliisasi kawasan Lipu Morikana.
Hal Ini tidak lain merupakan wujud keseirusan dari Wali Kota Baubau Dr H AS Tamrin, MH didalam membangun kebudayaan dalam memimpin negeri ini. Sebab Wali Kota Baubau berkeinginan membangun kawasan Lipu Morikana dengan mengutamakan kebudayaan daerah ini dan menjadi semangat atau menjadi energi didalam pembangunan.
Karena diyakini dan sangat dipercaya bahwa salah satu semangat atau energi untuk membangun negeri ini maka kebudayaan negeri itu harus ditumbuhkan, dipelihara dan dibangkitkan dan ikut dilestarikan.
Terkait mengenai ritual adat Bongka’a Lipu Morikana, Wakil Walikota Baubau Ahmad Monianse memberikan apresiasi sebab hal ini sebagai wujud dari rasa syukur para leluhur yang sudah membangun negeri ini dan juga akan bermanfaat secara pariwisata sebab ritual-ritual kebudayaan akan menjadi salah satu tujuan untuk orang –orang datang untuk bagaimana melihat ritual ini.
Apalagi, ke depan bisa terungkap secara jelas sesungguhnya masyarakat Lipu, Katobengke dan Labuantae itu adalah orang-orang yang datang atau para pembesar negeri yang datang dari Johor membangun peradaban.
“Jadi kita ini bukan masyarakat kaleng-kaleng yang tidak harus dilihat dan dihormati justru masyarakat ini adalah masyarakat turunan dari leluhur para orang-orang besar yang datang untuk membangun sebuah peradaban baru. Doa dari leluhur sudah dilihat hari ini bagaimana doa-doa mereka agar negerinya dan seluruh turunannya akan menjadi orang-orang besar di negeri ini,” jelasnya seraya mengingatkan agar masyarakat tetap waspada menghadapi pandemic covid-19 dengan tetap mematuhi protocol kesehatan yakni menjaga jarak, mencuci tangan dan menghindari kumpul-kumpul.
Ahmad Monianse juga menyinggung bila ritual adat ini bila ditinjau dari aspek sosial cultural, akan terjadi kalau ada kekompakkan kerja sama, kebersamaan dari seluruh lapisan masyarakat mulai dari perangkat adatnya sampai dengan masyarakat.
Menurutnya, nilai luhur yang tumbuh dan berkembang di negeri ini, telah membesarkan semua. Sehingga Buton secara keseluruhan dan masyarakat Lipu, Katobengke dan Labuantae bisa tumbuh dan berkembang didalam membangun kebudayaannya.
“Jadi bapak Wali Kota Baubau berkata mari praktekkan ini nilai karena akan membesarkan kita yang akan terus membangun kebersamaan. Negeri ini tidak akan bisa dibangun salah satu kelompok tapi harus dibangun oleh semua komponen yang ada di negeri ini termaksud masyarakat Lipu, Katobengke dan Labuantae,” katanya.
Negeri ini adalah doa dari semua leluhur bukan doa satu leluhur. Dia percaya bahwa leluhur yang pertama mendiami lipu morikana selalu mendoakan agar negeri ini dan seluruh turunannya akan menjadi orang-orang yang besar, sejahtera didalam membangun negeri.
“Alhamdulillah hari ini kita bisa melihat bersama doa-doa mereka itu sudah mulai dan pun hari ini sebagai rasa utang budi kita atas doa-doa mereka latunkan dan sudah kita rasakan. Kita pun hari ini harus mendoakan agar diri kiita dan turunan kita ke depan akan tumbuh menjadi orang-orang yang terus membudayakan dan membesarkan komunitas masyarakat Lipu, Katobengke dan Labuantae,” pungkasnya.
Sementara itu, La Hamu, S.Pd tokoh masyarakat Lipu, Katobengke dan Labuantae, mengakui, tanah yang diritualkan ini adalah tanah leluhur Lipu Morikana pada zaman dahulu kala. Namun pada tahun 1286 terjadi musibah yang sangat dasyat di lokasi ini yakni kebakaran sehingga menimbulkan puing-puing yang tidak terhingga sedihnya di kala itu. Sebagian masyarakat Lipu Morikana menuju ke selatan dalam hal ini perkampungan Labuantae dan sebagian adalah menuju pinggir laut yang dikenal dengan Wanambo dan Wulala.
Ritual ini berjalan dua kali dalam setahun yang pertama, guciana tao dan bongkana tao. Tujuan dari moment adalah untuk mengingatkan keturunan warga Lipu bahwa dulu dari sini dan bukti salah satunya tanahnya masih berwarnah hitam pertanda dahulu pernah terjadi kebakaran di sekitar ini. (Adm)