SATULIS.COM, WAKATOBI – Program Sanitasi Perdesaan Padat Karya Tahun 2021 masuk Desa Te’emoane Kecamatan Tomia Kabupaten Wakatobi dengan total anggaran Rp 1 milyar perdesa. Namun, warga setempat menyorot program tersebut karena dimenilai kurang sosialisasi.
La Hasrin (35) tahun warga Desa Te’emoane sangat berharap adanya pekerjaan dan pemberdayaan kepada masyarakat setempat pada program Sanitasi tersebut. Apalagi di masa pandemi covid-19 yang dinilai sangat menyengsarakan masyakat, karena kurangnya pekerjaan. “Saya meminta di bendahara desa untuk bisa saya dipekerjakan. Tetapi harus tunggu di tahap ke dua nanti,” keluhnya.
Warga tersebut mengaku juga sudah meminta penjelasan dari pihak Bandan Permusyawaratan Desa (BPD) Te’emoane. Sebab, pekerjaan sanitasi tersebut telah berjalan dan penggalian dilakukan dengan hanya mempekerjakan satu orang warga. “Saya lihat hanya satu orang yang kerja menggali, padahal kami juga siap kerja,” tutur La Hasrin.
Wartawan satulis.com coba mengkonfirmasi pada Ketua BPD Te’emoane, Amalia mengaku bahwa turut menyesalkan karena tidak melakukan mensosialisasi awal kegiatan Sanitasi tersebut.
“Memang ada warga yang datang mengeluh karena tidak dilibatkan kerja. Selain itu, ada juga yang bertanya soal kejelasan penerima program itu bahwa ada rumah yang dikatakan mampu, tapi tetap dapat,” bebernya.
Amalia menegaskan bahwa percepatan pelaksanaan Program Sanitasi Perdesaan harus disosialisasikan dahulu dengan mendata rumah yang layak menerima, bentuk dan kriteria pengerjaan agar masyarakat tidak gaduh. “Setiap Desa penerima manfaat akan didampingi oleh fasilitator. Tapi sampai saat ini kami juga tidak mengetahui siapa yang mendampingi kegiatan tersebut,” tegasnya.
Ditempat terpisah, Kepala Desa Te’emoane, La Ode Gani (47) menjelaskan bahwa Program Sanitasi berasal dari Kementrian Pekerjaan Umum Penataan Ruang (PUPR) RI yang masuk di Desa Te’emoane sejak Mei 2021. Jadi ini pekerjaan septik tank diutamakan yang belum memiliki WC, pembuangan air limbah dan penambahan pipa induk yang belum ada air masuk ke dalam rumah.
“Jadi targetnya ada 51 rumah yang akan dapat dengan secara bertahap. Adapun rumah warga yang sudah memiliki WC tapi masih mengganggu lingkungan itu juga harus dapat,” jelas La Ode Gani saat ditemui di kediamannya.
Kendati demikian, Kades mengaku belum tahu berapa tahap pekerjaan program, tapi ini baru tahap pertama. Bagi warga yang belum dapat harus menunggu tahap selanjutnya dan program ini didampingi dari pihak Dinas Pekerjaan Umum Wakatobi. “Tahap awal ini pekerjanya sudah dibentuk dalam satu kelompok untuk penggaliannya sebanyak 12 orang,” tutupnya.
Muhm Fitra La Ola selaku Kepala Bidang Cipta Karya, Dinas PU Wakatobi bahwa penerima manfaat di prioritaskan pada keluarga yang berpenghasilan rendah, ibu hamil, memiliki bayi di bawah usia 3 tahun, memiliki anak stunting, memiliki anggota keluarga yang berkebutuhan khusus (disabilitas), tidak mempunyai akses sanitasi berupa tangki septik dan toilet yang layak. Termasuk belum mempunyai mata pencaharian tetap dan tidak mempunyai akses sanitasi atau limbah.
“Yang berperan sepenuhnya adalah Desa itu sendiri untuk mendata rumah yang akan menerima manfaat serta merekrut para pekerja. Untuk anggaran tahap awal sekitar 1 M dan desa yang mendapat ini yakni Desa Runduma, Waiti’i, Lamanggau dan Te’emoane,” jelasnya. (adm)
Editor : Basyarun