SATULIS.COM, WAKATOBI – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata (Kemenparekraf) menggelar sosialisasi sadar wisata di Desa Liya Togo, Kecamatan Wangi-Wangi Selatan, Kabupaten Wakatobi.
Sosialisasi tersebut bertujuan untuk meningkatkan pemahaman pelaku pariwisata dalam rangka pengembangan pariwisata di wilayah pedesaan, yang mana di desa tersebut didukung oleh Bank Dunia.
Hal tersebut dikatakan Analis Kebijakan Ahli Madya Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Rinto Taufik Simbolon yang mewakili Direktorat Pengembangan SDM Pariwisata. Kampanye sadar wisata menyasar para pelaku pariwisata di desa untuk memahami pilar-pilar pengembangan pariwisata yang terdiri dari unsur Sapta Pesona, Pelayanan Prima dan CHSE (Cleanliness, Health, Safety and Environment Sustainability).
“Dimulai sejak pertengahan Maret 2022 lalu, kampanye sadar wisata yang terdiri dari tahapan Sosialisasi, Pelatihan, Penyusunan Program Pengembangan Desa Wisata, Pendampingan, Penilaian dan Apresiasi yang menyasar 65 Desa Wisata di tahun 2022 dan 90 Desa Wisata di tahun 2023,” ujarnya, Senin (20/06/2022)
Tujuan lainnya, agar masyarakat sebagai penggerak pariwisata benar-benar menjadi mandiri dalam melaksanakan atraksi pariwisata yang unik, serta mempromosikan berbagai produk ekonomi kreatif kepada wisatawan yang berkunjung dengan berlandaskan prinsip Sapta Pesona, Pelayanan Prima dan CHSE.
Apalagi, kata dia, Desa Liya Togo telah menjadi salah satu dari 50 Desa Wisata terbaik di Indonesia pada tahun 2021 lalu.
“Sekarang warga desa pemilik destinasi wisatanya, dan masyarakat menjadi tuan rumahnya. Konsep Desa Wisata ini membuat masyarakat tetap tinggal di desa dan wisatawan yang datang berkunjung ke desa. Menjadi penting bagi warga desa memberikan nilai tambah pada aktivitas pariwisata yang ada dengan layanan yang tulus,” lanjut Rinto Taufik Simbolon.
Lebih jauh ia mengatakan, para pelaku pariwisata di desa dan seluruh warga harus beradaptasi dengan perubahan perilaku wisatawan saat ini, karena terjadi perubahan perilaku wisatawan yang lebih menyukai destinasi wisata yang tidak terlalu ramai dan lebih memilih aktivitas yang dilakukan di ruang terbuka.
“Dalam hal ini, konsep Desa Wisata, menjadi salah satu alternatif penarik kunjungan wisatawan,” imbuhnya.
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Wakatobi, Nadar, mengatakan Sosialisasi Sadar Wisata di Kabupaten Wakatobi diikuti para penggerak pariwisata desa yang meliputi Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis), perangkat desa, warga yang sebagian besar berprofesi sebagai nelayan, Kader PKK dan Karang Taruna.
“Masyarakat disini memiliki kemauan yang sangat tinggi dalam pengembangan desa wisata. Pengembangan destinasi dan promosi jika tidak dibarengi dengan pengembangan kapasitas SDM dan para pelaku pariwisata tentu tidak akan lengkap, Karena kami ingin wisatawan yang sudah pernah berkunjung ke sini terkesan sehingga ingin datang kembali di waktu berikutnya,” ucap Nadar.
Sosialisasi Sadar Wisata bersifat berkelanjutan, ke depan akan dilakukan pelatihan terkait potensi produk pariwisata, kewirausahaan dan pelatihan bidang pariwisata lainnya, sehingga diharapkan dari masing-masing desa dapat lahir local champion atau penggerak dalam pengembangan di desa wisata masing-masing.
Penulis: Arjuno
Editor: Hariman