SATULIS.COM, MEKKAH – Sebanyak 46 WNI yang sudah siap berhaji, harus dideportasi dari Arab Saudi karena masalah visa.
Sejatinya mereka sudah tiba di Bandara King Abdul Aziz, Jeddah.
Mereka diyakini sudah membayar mahal untuk bisa berhaji lewat jalur haji mujamallah, atau haji furoda, alias berhaji lewat kuota undangan Raja Arab Saudi, Raja Salman.
Tapi apes, niat mulia mereka membayar mahal untuk bisa menunaikan ibadah haji, akhirnya kandas.
Mereka malah dideportasi oleh otoritas Arab Saudi, dan per Sabtu (2/7/2022), mereka dilaporkan sudah berada kembali di Indonesia.
Padahal, puluhan jemaah itu sudah tiba di Jeddah dalam kondisi memakai pakaian ihram.
Mereka pun harus pulang kembali ke Indonesia, tanpa sempat beribadah sedikitpun di Tanah Suci.
Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Hilman Latief membenarkan hal tersebut.
Menurut Hilman, pihak Arab Saudi menyatakan visa mereka bermasalah, sehingga mereka tak lolos di pemeriksaan imigrasi.
“Informasi yang saya terima, mereka memakai jatah visa dari Malaysia dan Singapura. Tapi berangkatnya dari Indonesia. Ketahuan petugas imigrasi Bandara Jeddah, mereka tak bisa masuk,” kata Hilman, dilansir dari Tribunnews.com, Sabtu (3/7/2022).
Hilman mengaku belum mendapat informasi detail, berapa harga yang dikeluarkan para WNI itu untuk berhaji furoda.
Tapi, sudah jadi rahasia umum, haji mujamalah ini kerap dijual dengan harga ratusan juta rupiah, bahkan jauh lebih mahal dari biaya haji khusus atau yang dulu lebih populer dengan sebutan ONH Plus.
Haji Furoda atau haji mujamallah menjadi satu jalur berhaji yang kini identik sebagai hajinya para sultan.
Ini adalah jalur haji undangan langsung dari Raja Arab Saudi.
Undangan diberikan sebagai tanda hubungan diplomatik dan kejutan.
Tapi, fenomena belakangan, jatah haji ini nyatanya malah diperjualbelikan.
Disinggung soal kemungkinan pihak Kemenag akan memproses kasus ini ke jalur pidana, Hilman menyatakan bahwa akan mendiskusikan kembali dengan pihak berwenang.
“kami sudah mendiskusikan banyak hal. Dan ini menjadi perhatian kita semua. Mudah-mudahan nanti ada turunannya bagaimana konsep (visa) mujamalah, aturannya seperti apa,” ungkapnya.
Hilman menegaskan, haji furoda tidak ada kaitannya dengan Kementerian Agama.
Ia mengatakan, Kemenag hanya mengurus dua hal saja, yakni haji reguler dan haji khusus.
Kemenag bahkan tak tahu, berapa jatah haji furoda yang diberikan Kerajaan Saudi kepada Indonesia.
“Tentu karena ini terkait dengan pihak lain, setidaknya kami juga harus diskusi dengan pemerintah Saudi sejauh mana pengaturannya dan apakah bisa diatur oleh kita,” sambungnya.
Hilman mengaku, selain akan membuat turunan UU 8 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah, ia juga akan mengoptimalkan peran Penyelenggara Ibadah Haji Khusus (PIHK) dalam urusan visa mujamalah.
“Ini persoalan kompleks, harus kita dalami agar tidak terulang lagi. Kasihan jemaah,” tandasnya.
Jemaah diimbau fokus jaga stamina
Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI, Ace Hasan Syadzily, mengimbau kepada jemaah haji Indonesia untuk fokus menjaga staminanya menjelang puncak haji 2022.
Sebagaimana diketahui, puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna) dimulai pada 9 Dzulhijjah atau Jumat (8/7/2022) mendatang.
Pada waktu tersebut, jemaah haji memerlukan tenaga yang prima untuk melakukan rangkaian ibadah haji.
“Ibadah haji itu puncaknya pada hari Arafah, dilanjutkan dengan pergerakan menuju Muzdalifah, dan Mabit di Mina. Rangkaian ritual haji ini memerlukan tenaga yang cukup,” kata Ace di Makkah, dikutip Tribunnews.com dari Kemenag.go.id, Minggu (3/07/2022).
“Oleh karena itu, saya mengimbau kepada jemaah haji Indonesia untuk fokus mempersiapkan dirinya untuk aktivitas tersebut yang tentu memerlukan stamina yang prima,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Ace berpesan, agar jemaah lebih baik beribadah di hotelnya masing-masing dalam tiga hari ke depan.
Ace menyebut, pihak panitia haji telah menyediakan konsumsi yang cukup.
Sehingga, jemaah tak perlu keluar hotel meski untuk tujuan ke Masjid Al-Haram atau hanya untuk berbelanja.
“Inilah momentum yang tepat bagi calon jemaah haji kita untuk mempersiapkan diri menyempurnakan rukun Islamnya,” ucap Ace.
Hal senada juga disampaikan Wakil Menteri Agama (Wamenag), Zainut Tauhid Sa’adi.
Wamenag juga mengimbau jemaah haji agar menjaga kesehatan jelang puncak ibadah haji 2022 di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna).
Dikutip dari Kompas.com, Zainut mengingatkan, jemaah haji asal Indonesia agar bisa mengatur waktu secara baik.
“Jemaah tetap diberikan kesempatan untuk beribadah semaksimal mungkin. Tapi nanti pada hari jelang wukuf, kami mengimbau pada masyarakat agar tidak memaksakan diri pergi ke (Masjidil) Haram. Jadi lebih baik dia memaksimalkan untuk beribadah di pondokan,” kata Zainut saat konferensi pers di Media Center Haji Indonesia, Mekkah.
Zainut menambahkan, agar jemaah haji terus menjaga kesehatan guna menghindari dehidrasi.
Sebab, cuaca di Arab saat ini sedang panas ekstrem.
Selain itu, Zainut meminta jemaah haji untuk menjaga pola makan dan minum agar tidak menimbulkan masalah kesehatan.
Diketahui, sebanyak 91.106 jemaah haji Indonesia sudah diberangkatkan ke Tanah Suci hingga Sabtu (2/7/2022) tengah malam.
Saat ini, mereka terkonsentrasi di Makkah untuk menunggu puncak haji.
Adapun Wukuf di Arafah akan berlangsung pada 8 Juli 2022 (9 Zulhijah 1443 H).
Nantinya, jemaah akan mulai diberangkatkan menuju Arafah pada 7 Juli 2022.
Sementara itu, hari ini, Minggu (3/7/2022), dua kloter dijadwalkan akan tiba di Bandara Internasional King Abdul Aziz Jeddah.
Ada 240 Jemaah Haji Indonesia akan Jalani Safari Wukuf di Ambulans/Kendaraan rena Faktor Kesehatan
Diberitakan Tribunnews.com, berdasarkan data Klinik Kesehatan Haji Indonesia Mekkah hingga Sabtu (2/7/2022), sebanyak 240 jemaah Indonesia tercatat akan melaksanakan wukuf melalui cara safari wukuf.
Safari wukuf merupakan berwukuf di dalam ambulans atau kendaraan.
Menurut Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan RI, Budi Sylvana, total 240 jemaah haji tidak memungkinkan untuk wukuf.
Data ini merupakan hasil pemeriksaan yang dilakukan terhadap lebih dari 1.000 jemaah dengan risiko tinggi.
“Kondisi kesehatan 240 jemaah haji tersebut tidak memungkinkan untuk wukuf atau lempar jumrah secara mandiri,” kata Budi di Mekkah, Sabtu (1/7/2022).
Budi menyebut, angka 240 orang jemaah itu sifatnya masih bisa berubah.
Selanjutnya, Budi menyatakan, sebelum wukuf di Arafah pada 9 Dzulhijjah atau 8 Juli 2022 akan ditentukan lagi, siapa saja yang benar-benar akan di-safariwukufkan.
“Calon haji terus dimonitor ulang. Mudah-mudahan angka 240 ini tidak bertambah,” ucapnya.
Budi mengatakan, saat ini mayoritas calon haji risiko tinggi memiliki penyakit komorbid hipertensi dan kardiovaskular atau gangguan jantung.
Budi pun mengingatkan, agar jemaah haji menjaga stamina tubuh dan istirahat tiga hari sebelum wukuf. (adm)