Jumat, November 22, 2024

FPBB Gelar Diskusi Budaya Dengan Tema Koja-koja Poadati

SATULIS.COM, BAUBAU – Dalam rangka memelihara kelestarian dan keaslian nilai budaya serta adat istiadat Buton, sejumlah pemerhati budaya yang tergabung dalam forum pemerhati budaya Buton (FPBB) menggelar pertemuan di aula Metro, Sabtu (16/01/2021).

Pertemuan dengan tema “Koja-koja Poadati” ini mengangkat judul, pelembagaan adat dan tradisi Buton kini dan masa yang akan datang.

Koordinator forum pemerhati budaya Buton, La Ode Azlan Aziz mengatakan, kegiatan tersebut bertujuan untuk menyempurnakan kembali budaya Buton pada tatanan original atau keasliannya. Caranya dimulai dengan mengumpulkan masyarakat adat dari kelompok bangsawan Walaka maupun Kaomu atau biasa disebut kadie to nunca (dalam).

Dengan begitu kata Azlan Aziz, lembaga adat yang akan terbentuk, dapat terlegitimasi oleh masyarakat dan pemerintah, baik daerah maupun provinsi.

“Ini juga merupakan keinginan dari generasi muda agar bagaimana tokoh adat ini bisa menjadi panutan masyarakat,” ungkap Aba sapaan akrab La Ode Azlan Aziz.

Pasalnya, lanjut dia, telah banyak contoh yang terjadi hari ini bahwa nilai budaya sudah bias dari originalnya. Bahkan hal itu sudah terimplementasi pada kehidupan masyarakat Buton.

“Usai kegiatan ini masih ada pertemuan berikutnya untuk menindaklanjuti pertemuan ini,” pungkasnya.

Salah satu tokoh masyarakat Kepton yang juga pemerhati budaya Buton, Samsu Umar Abdul Samiun mengungkapkan, Menanggapi positif pertemuan tersebut. Pasalnya, fenomena kelembagaan adat yang ada saat ini sudah tidak sesuai dengan nilai sesungguhnya.

“Saya pikir ini pemikiran-pemikiran yang sangat bagus sekali. Coba dicari satu rumusan yang tepat, sehingga nanti kelembagaan adat Buton dilahirkan itu benar-benar lahir dalam keadaan normal, sehingga kelembagaan adat yang dilahirkan benar-benar mendapat legitimasi dari masyarakat,” paparnya.

Senada dengan mantan ketua DPRD kota Baubau, Hasidin Sadif yang menerima positif kegiatan itu. Apalagi kegiatan tersebut bertujuan untuk mengangkat nilai-nilai budaya di masyarakat.
Pasalnya, generasi saat ini sudah tak paham lagi akan nilai-nilai tersebut.

Baca Juga :  Pemkot Baubau Akan Lobi Wamendag Soal Pembangunan Pasar Rakyat, RSG dan Alat Kemeterologian

“Utamanya dalam pergaulan sesama. Interaksi dalam bergaul dan bercakap sudah tidak sesuai lagi dengan nilai yang ada. Baik itu yang lebih tua, adik-adik maupun yang saat ini,” bebernya.

Ia berharap, pertemuan tersebut bisa mendapat titik terang hingga dapat terimplementasi ke masyarakat.

Banyak hal didiskusikan dalam acara Koja-koja Poadati, diantaranya terkait penyebutan sultan Buton yang diangkat oleh lembaga adat, sampai dengan disertasi PO-5 oleh Walikota Baubau, AS Tamrin yang dianggap mengkaburkan Sara Patanguna. (Adm)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

IKLAN

Latest Articles