SATULIS.COM, KENDARI – Ketua Umum PWI Atal S. Depari meminta kepada insan pers agar menjadikan Hari Pers Nasional (HPN) sebagai momentum dalam mengendalikan arus jurnalistik. Khususnya, klik bait yang semakin deras pada jalur jurnalisme online dalam penyajian pemberitaan.
Olehnya itu, pers harus dapat terus memperbaiki kualitas pemberitaannya dan sedapat mungkin menghindari tren pemberitaan plagiat yang provokasi atau bombastis. Atal menambahkan, dalam menyajikan konvensi media massa kali ini membahas tentang publisher right. Dimana, selain dukungan dari negara, melalui publisher right insentif, ekonomi dan lainnya, komunitas pers nasional harus mawas diri dan berbenah.
“Yang tidak kalah penting, kita harus menjaga independensi media. Sebab, masih ditemukan media partisan. Mari sama-sama kita mawas diri. Maka, dalam rangka mewujudkan kemandirian media atau publisher right dibutuhkan soliditas dan kekompakan media,” tandas Atal.
Atal mengatakan kebijakan publisher right nanti harus melindungi semua media. Baik media besar atau kecil, baik media nasional maupun daerah. Dalam konteks ini asosiasi media harus hadir melindungi seluruh kepentingan media yang menjadi anggotanya.
“Sehingga dalam konvensi ini diharapkan keluar rekomendasi atau deklarasi yang akan menyuarakan keinginan masyarakat pers. Kita tunggu hasilnya, kemudian kita laporkan kepada Presiden di acara puncak nanti 9 Februari nanti. Semoga HPN di Kendari ini menghasilkan manfaat yang besar buat Indonesia dan untuk pers khususnya,” pungkas Atal menutup.
Ketua Dewan Pers, Muhammad Nuh mengatakan insan pers maupun para industri pers harus mengikuti arah perkembangan teknologi. Maka itu, bisa dijadikan sebuah loncatan perubahan-perubahan. Sebab sesuatu yang paling tidak nyaman itu adalah kata terlambat. Keterlambatan akan menimbulkan konsekuensi yang sangat fatal.
Olehnya, kini sudah saatnya perusahaan media melakukan perubahan-perubahan dengan mengikuti tren perkembangan teknologi. Mulai migrasi dari physical space ke cyber space.
“Kalau itu bisa kita lakukan. InsyaAllah, apa yang disampaikan oleh Carles Darwin bahwa bukan yang paling kuat yang bisa bertahan, bukan pula yang paling pintar yang bisa bertahan. Tetapi, siapa yang berani melakukan perubahan itu yang bisa bertahan. Saya yakin insan pers mampu bahkan menjadi mesin untuk melakukan perubahan perubahan itu,” tandas Muhammad Nuh.
Di tempat yang berbeda, Wakil Presiden Ma’ruf Amin menekankan kepada media massa harus mampu menyajikan konten konten mendidik.
Hal itu dikatakan saat membuka secara virtual Konvensi dan seminar dalam rangkaian pelaksanaan Hari Pers Nasional (HPN) tahun 2022 di Sultra. Kegiatan itu dipusatkan di hotel claro Kendari Senin 7 Februari 2022.
Ma’ruf Amin mengapresiasi inisiatif Dewan Pers, perwakilan Asosiasi Perusahaan Media, dan para jurnalis yang turut memberikan kontribusi pemikiran terkait rencana mengenai regulasi hak publikasi jurnalistik atau publisher right.
Ditambahkan, regulasi ini bukan sekedar melindungi kepentingan pers nasional dalam menghadapi dominasi media baru platform digital global.
Namun, lebih dari itu publisher right adalah unsur penting menjaga ekosistem media agar kemanfaatan media dapat dinikmati secara berimbang dan berkedaulatan nasional di bidang digital dapat terwujud.
“Kita harus mampu mengarungi dunia digital ini agar tidak tertinggal dari bangsa-bangsa lain. Teknologi digital adalah keharusan bermedia sosial. Media massa harus mampu menyajikan konten konten mendidik,” pintanya.
Penulis : Firman
Editor : Hariman