Sabtu, Oktober 26, 2024

Buton Dimata Umar Samiun (Bagian I)

*Kerajaan Buton Dibesarkan Oleh Pendatang

Kitap Negara Kertagama karya Mpu Prapanca 1365 M, jadi salah satu bukti kejayaan Buton dimasa lampau. Sayang, hingga kini sejarah lahirnya Kerajaan Buton masih simpang siur dan banyak versi. Benarkah asal muasal lahirnya kerajaan Buton dipelopori oleh pendatang?

Catatan : Gunardih Eshaya

Sejarah mencatat bahwa Buton sudah pernah berjaya di masa lampau. Jejak-jejak peninggalan lokasi kejayaan, baik itu di era kerajaan maupun kesultanan, terlihat jelas. Sejarah panjang terbentuknya kerajaan Buton berawal dari kedatangan Sipanjonga dan Sijawangkati. Ini merupakan kelompok pertama yang masuk di Buton setelah melakukan pelayaran dan berlabu disekitar pantai Sulaa.

Keduanya kemudian mengibarkan bendera longa-longa untuk pertama kalinya disana. Longa-longa kemudian menjadi bendera kerajaan dan kesultanan buton sampai dengan saat ini.

Masuknya Sipanjonga dan Sijawangkati mulai dibentuk suatu peraturan yang ada dengan lebih dulu membentuk Bontona Baluwu dan Bontona Peropa. Masing-masing bertugas mengatur segala tatanan dan tradisi adat pada saat itu.

Dengan rentan waktu yang cukup lama, selanjutnya datanglah kelompok kedua yang dikenal dengan Sitamanajo dan Simalui.
Mereka tiba diteluk Bumbu didaerah Wakarumba dan bergeser kedaerah selatan. Kedatangan empat orang ini kemudian dikenal dalam sejarah Buton dengan istilah Mia Patamiana (empat orang).

Bendera kesultanan Buton, Longa-longa

Dalam kelembagaan kerajaan dan kesultanan Buton, Mia Patamiana ini disebar dalam Patalimbona (empat menteri) yang kemudian menduduki jabatan yang paling utama yakni menjadi Bontona Baluwu, Bontona Peropa, Bontona Gundu-gundu dan Barangkatopa.

Kelembagaan yang dibentuk oleh Mia Patamiana ini yang kemudian mengatur tatanan adat istiadat kehidupan bermasyarakat dengan pokok-pokok aturan yang sudah ditetapkan. Ini yang kemudian membuktikan bahwa kerajaan buton ternyata dibangun oleh pendatang.

Baca Juga :  Umar Samiun di Daulat Jadi Sesepuh Adat Desa Kondowa

Tentu akan menimbulkan banyak pertanyaan tentang asal usul Mia Patamiana. Olehnya itu untuk mengetahui secara persis sejarah tentang Buton, kiranya diperlukan penelitian ahli.

“Ini tentu penting, harus dibentuk satu tim khusus yang akan mengakomodir para pakar dan profesor diberbagai Universitas untuk melakukan penelitian guna mengetahui siapa Mia Patamiana itu,” tutur Samsu Umar Abdul Samiun.

Siapapun mereka namun yang pasti jika dilihat dari benda-benda yang dibawa oleh Mia Patamiana, kata Umar Samiun, kemungkinan besar mereka berasal dari bangsa melayu. Dalam perjalanannya kemudian terbentuk ikatan pernikahan antara Sipanjonga dengan Sibaana yang tak lain adik dari Simalui.

Saat itu Sipanjonga sudah menjabat sebagai Bonto Ogena. Dari perkawinan itu kemudian lahir seorang anak yang dikenal dengan nama Betoambari. Jika dilihat tentu perkawinan ini masih merupakan ikatan antara sesama pendatang, belum dengan penduduk asli Buton saat itu. Nanti pada saat Betoambari besar kemudian dikawinkan dengan penduduk asli yang berasal dari Kamaru dikenal dengan nama putri Wasigirina.

Perkawinanan antara Betoambari dengan Wasigirina ini yang kemudian menjadi cikal bakal sejarah panjang Kerajaan Buton. “Inilah yang kemudian mucul cerita bahwa sebelum kedatangan Mia Patamiana di pulau Buton, disekitar daerah Kamaru telah terbentuk kerajaan kecil.

Maka tak heran jika kemudian sebagian besar masyarakat menilai kerajaan tertua di Buton ada di Kamaru. Namun menurut hemat saya, memang sebelum kedatangan Mia Patamiana saat itu sudah ada kehidupan di Buton, hanya memang belum sebesar seperti kerajaan Buton,” ungkap Umar Samiun.

Benteng keraton Buton sebagai pusat pemerintahan Kesultanan Buton

Dari perkawinan itu, kemudian lahir seorang anak bernama Sangariarana. Seiring perjalanan, Betoambari kemudian menjadi penguasa daerah Peropa, dan Sangariarana menguasai daerah Baluwu. Dengan terbentuknya desa Peropa dan Baluwu, berarti telah ada empat desa yang memiliki ikatan kekerabatan, yaitu Gundu-Gundu, Barangkatopa, Peropa dan Baluwu.

Baca Juga :  Bikin Bangga, Pelajar SMPN 1 Kendari Tampil dalam Lotus Festival di Los Angeles

Dalam perjalanannya kemudian berkembang menjadi delapan dan ditambah satu lagi kemudian menjadi sembilan yang dikenal dengan sebutan Bontona Melai.

Setelah terbentuk sebuah pemerintahan parlementer yang terdiri dari sembilan Bonto, kemudian diangkatlah seorang raja pertama. Inilah yang menarik, karena dalam sistem kerajaan dan kesultanan Buton setelah pemerintahan sudah berjalan secara parlementer dengan cakupan wilayah yang sudah terbentuk, hanya saja belum memiliki seorang kepala negara. Sehingga kemudian muncul wacana melakukan pemilihan raja pertama saat itu.

Dalam perjalanannya kemudian datanglah kelompok terakhir diantaranya Wakaka, kemudian datanglah pula Sibatara, Jutubun dan saudara perempuannya Lailan Mangrani yang dipanggil dengan Putri Lasem. Namun yang menetap di Buton hanya Wakaka dan Sibatara sedangkan Jutubun melanjutkan perjalanannya kearah timur begitu juga dengan Putri Lasem. Kedatangan Wakaka dan Sibatara kemudian sepakat mengawinkan keduanya yang kemudian mengangkat Wakaka sebagai raja.  (bersambung)

IKLAN

Latest Articles