PASARWAJO, SATULIS.COM – Bentrok yang terjadi antar dua kelompok warga, Desa Gunung Jaya dan Desa Sampoabalo, Kecamatan Siontapina, Kabupaten Buton, mulai memakan korban jiwa.
Sedikitnya dua orang telah meninggal dunia dan delapan orang mengalami luka-luka. Korban meninggal bernama LJ (60) warga Desa Hendea, Kecamatan Sampolawa, Buton Selatan (Busel), dan LG (50) warga Kelurahan Sorawolio, Kecamatan Sorawolio, Kota Baubau. Keduanya meninggal akibat terkena sabetan senjata tajam. Sementara korban luka-luka ada yang terkena busur.
Sebelum dibawah ke RSUD Buton untuk diautopsi, LJ terlebih dahulu dilarikan ke Puskemas Siotapina. Sementara mayat LG langsung dibawah ke RSUD Buton.
Hingga berita ini dirilis, suasana belum kondusif dan masih mencekam. Padahal Kapolda Sultra, Brigjenpol Iryanto, terjun langsung guna mengendalikan lapangan. Meski begitu, masih banyak massa yang terlihat lalu lalang membawa senjata tajam.
Atas jatuhnya korban jiwa dan luka-luka, belum ada pihak keamanan yang memberikan statmen resmi.
Kapolda Sultra, Brigjenpol Iryanto meduga ada aktor intelektual dibalik kerusuhan yang terjadi. “Ya kita rasa demikian,” ujar Kapolda menanggapi pernyataan insan pers di posko pengungsian Desa Gunung Jaya, Kamis (6/6).
Meski begitu, Iryanto tidak menyebutkan siapa aktor tersebut. Hanya saja, kata dia nantinya dugaan itu diserahkan kepada pihak berwajib untuk dilakukan penyelidikan dan pembuktian.
“Nanti kita serahkan pada penyidik, bagaimana pembuktian dan penyeledikan nanti,” ujar dia.
Terlepas dari itu, Iryanto juga menjelaskan perseteruan yang kerap terjadi antar dua desa itu telah menggambarkan tidak adanya rasa ketidak akuran antar dua desa ini.
“Seperti ada rasa ketidak akuran masyarakat Gunung Jaya sama Sampoabalo,” ujar dia.
“Kita harapkan Buton itu masyarakat yang religius. Sangat Islami. Mari kita sama-sama hilangkan kebiasaan yang jelek itu. Tentunya adat juga melarang itu. Mari kita taati bersama,” ujarnya. (Adm)