SATULIS.COM, BUTON – Bupati Buton, Drs. La Bakry, MSi mengajak semua pihak utamanya Generasi Muda Buton untuk mewarisi sifat-sifat kepahlawanan Sultan Himayatuddin Muhammad Saidi (Oputa Yi Koo) yang baru diberi gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden RI di Istana Negara 8 November 2019 lalu.
“Kita sangat bangga dengan dianugerajkannya geralar Pahlawan pada Putra Terbaik Buton, Yakni Sultan Muhammad Saidi atau yang kita kenal dengan nama Oputa Yi Koo sebagai Pahlawan Nasional. Saya mewakili Pemerintah dan Masyarakat Kabupaten Buton dan eks Kesultanan Buton menyampaikan terima kasih dan perngahrgaan yang setinggi-tingginya pada Presiden RI yang telah menganugrahkan salah satu putra terbaik daerah ini,” kata Bupati Buton usai membacakan amanat Mensos RI pada Upacara Hari Pahlawan Tahun 2019 di Alun-alun Takawa, Pasarwajo, Buton (10112019).
Diris Kominfo Kabupaten Buton, Bupati Buton mengungkapkan, Oputa Yi Koo berjuang dari hutan ke hutan, melancarkan perang gerilya. Bahkan beliau dipecat sebagai Sultan Buton karena bertentangan dengan upaya-upaya Belanda dalam menguasai Kesultanan Buton pada waktu itu. Setelah perjuangan yang panjang sekali, berbagai Seminar, pada tahun ini Pemerintah RI memberikan gelar Pahlawan Nasional Republik Indonesia.
”Tentu saja ini adalah kebanggaan bagi kita semua. Bagi generasi Buton, mari kita warisi dalam mengisi kemerdekaan yang kita cintai ini dengan semangat kepahlawanan Oputa Yi Koo,” paparnya.
Politisi Golkar ini juga menegaskan peringatan hari pahlawan kita bangkitkan semangat berinovasi bagi anak-anak bangsa untuk emnajdi pahlawan masa kini.
“Menjadi pahlawan masa kini dapat dilakukan oleh siapapun warga negara Indoensia, dalam bentuk aksi-aksi nyata memperkuat keutuhan NKRI seperti menolong sesama yang terkena musibah, tidak melaukan provokasi yang dapat menganggu ketertiban umum, tidak menyebarkan berita hoaks, tidak melakukan perbuatan anarkis atau merugikan orang lain,” kata Bupati Buton.
Sultan Himayatuddin Muhammad Saidy (Sultan Buton) atau Oputa Yi Koo adalah seorang Sultan Buton ke-20 pada 1752-1755 dan ke-23 pada 1760-1763. Ia giat bergerilya melawan menentang pemerintahan Hindia Belanda dalam Perang Buton. Sejak 1755, tidak lama setelah perang Buton, Sultan Himayatuddin menetap di Siontapina hingga meninggal pada 1776. (Adm)