Kamis, November 21, 2024

Kisah Dua Tulang Punggung Keluarga di Buton, Meregang Nyawa Tertimbun Batu Merah

SATULIS.COM, BAUBAU – Kecelakaan maut truk berisi batu merah dan pekerja berakhir nahas di jalan poros Kapuntori, kabupaten Buton. Dua pekerja tulang punggung keluarga tewas di tempat akibat tertimbun batu merah. Zaliati (35) seorang janda meninggalkan 5 anak yang dinafkahi, sementara La Ode Baharuddin (48) meninggalkan seorang istri dan 7 anak.

Ani salah satu keluarga korban menuturkan, Zaliati turut menjadi korban yang harus meregang nyawa dalam Kecelakaan lalu lintas tunggal, 30 Januari lalu. Almarhumah menghembuskan nafas terakhir tepat di lokasi kejadian setelah 3 bulan sebelumnya ditinggal mati suaminya La Dia (45) yang meninggal akibat sakit lambung.

Kelima anak korban harus menjadi yatim piatu di usia belia, dimana dua diantaranya telah putus sekolah. Sementara dua anak balita lainnya harus diasuh pihak keluarga suami. Soal makanan sehari-haripun pihak keluarga turut membantu seadanya.

“Yusran (16) yang paling kakak bekerja jaga kandang ayam potong sebagai tulang punggung keluarga. Anak kedua Dinda (14) putus sekolah, Intan (12) yang masih sekolah kelas 5 SD, kalau Kinar (3) dan sarif (2) diasuh pihak keluarga bapaknya di Boneatiro kecamatan Kapontori,” jelasnya.

“Mau sekolah sampe SMA,” lirih Intan saat diajak komunikasi saat crew satulis.com berkunjung ke kediamannya, Minggu (15/3/2020).

Duka mendalam juga dirasakan Waode Hanaini (40). Ibu dari tujuh orang anak itu harus kehilangan suami sebagai tulang punggung keluarga dan menjanda di usianya. Istri dari Laode Baharuddin (48) hanya menatap kosong sambil menggendong anak balitanya berumur satu tahun.

Kepada satulis.com, Hanaini mengaku untuk kehidupan sehari-hari, dirinya dan anak-anak dibantu uluran tangan tetangga dan pihak keluarga. Ia pun berharap ada pihak yang prihatin dan dapat memberikan bantuan untuknya menghidupi anak-anak.

Baca Juga :  PWI Minta Polres Baubau Komitmen Terhadap Perlindungan Kemerdekaan Pers

“Saya tidak ada kerja, kalau mau makan dibantu tetangga dan keluarga. Ingin menjual tapi tidak ada modal, apalagi ada utang di bank Rp15 juta masih sisa 11 bulan,” ungkapnya sambil menahan air mata.

Hanaini menjelaskan selama ini hanya bergantung pada suami untuk mencari nafkah. Sementara dirinya hanya fokus mengurus anak-anak dan rumah tangga. Hingga saat ini, dirinya masih belum menerima kalau suaminya harus meregang nyawa saat mencari nafkah.

Diketahui sebelumnya, supir La alimu beserta 4 orang lainnya terlibat lakalantas tunggal saat hendak membawa muatan batu merah ke kecamatan Batu kara, Kabupaten Muna. Mobil jenis dump truk itu terguling akibat rem blong di desa Tumada, Kecamatan Kapontori. Insiden tersebut menewaskan 2 orang di tempat yakni Laode Baharuddin dan Zaliati, serta seorang korban patah kaki.

“Yang namanya musibah kita tidak tahu, keluarga korban sudah menerima. Sebisa mungkin apa yang bisa, akan saya bantu termasuk pendidikan anak-anak ini. Saat ini, supir masih ditahan di kantor Satlantas Buton, kalau yang patah kaki, selama dirawat di RS saya tanggung,” terang pemilik kendaraan yang biasa disapa bapak Adi. (Adm)

Peliput : Cahya/Firman

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

IKLAN

Latest Articles