Bukan Corona, Driver Ojol di Kendari yang Ditemukan Meninggal Diduga DBD

210
Tim medis dari RS Bhayangkara terjun langsung melakukan evakuasi di lokasi kejadian, Sabtu (21/03/2020).

SATULIS.COM, KENDARI – Seorang pengemudi ojek online atau Ojol di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), berinisial MN (29 tahun), yang ditemukan meninggal dunia di dalam kamar indekosnya, Sabtu (21/3), diketahui pernah berobat ke RSUD Kota Kendari.

Direktur RSUD Kota Kendari, Sukirman, membenarkan hal itu. Kata Sukirman, MN tersebut datang ke rumah sakit pada Kamis malam (19/3/2020).

Setelah dilakukan pemeriksaan oleh petugas kesehatan, diketahui MN menderita Demam Berdarah Dangue atau DBD dengan gejala demam tinggi.

- Advertisement -

“Benar, tanggal 19 malam masuk, diperiksa mengalami demam, batuk. Karena tidak ada riwayat kontak mengunjungi daerah endemik (Corona), maka SOP-nya dia itu seperti penanganan pasien demam biasa aja,” jelas Sukirman seperti dilansir Kumparan.

“Setelah itu dilakukan pemeriksaan dengan prosedur lengkap, setelah keluar hasilnya, ternyata hasilnya itu, kalau menurut hasil lab adalah DBD, karena dia mengalami demam tinggi dan penurunan trombosit,” sambungnya.

Lalu, oleh petugas kesehatan yang menangani saat itu, MN disarankan agar menjalani rawat inap di rumah sakit. Namun sayang, pasien itu menolak dan memilih untuk minum obat dan dirawat jalan.

“Setelah hasil labnya menunjukkan DBD, pasien dianjurkan untuk dirawat inap. Tapi pasien tidak mau, pasien maunya minta obat, dan dirawat jalan saja. Dikasihlah obat, lalu pasien pulang,” katanya.

“Jadi, bisa diduga bahwa orang itu (MN) meninggal karena DBD, bukan Corona,” tegasnya


Menurut Sukirman, gejala DBD memang mirip dengan Covid-19, yaitu demam tinggi. Namun perbedaannya, kata dia, jika terkena DBD pasien akan mengalami demam tinggi dan penurunan trombosit. Sedangkan untuk pasien yang dicurigai Covid-19, juga akan mengalami demam tinggi tapi trombositnya tidak turun.

“Kalau DBD itu trombosit turun. Kalau Covid-19, dia demam tinggi juga, tapi trombositnya tidak turun. Kemudian, kalau memang dicurigai Covid-19, pasien harus ada riwayat kontak, atau pasien punya riwayat mengunjungi daerah endemik (Corona), misalnya pulang dari Jakarta, apalagi dari luar negeri, nah itu bisa dicurigai (Corona). Nah pada pasien (MN) tidak ditemukan riwayat itu,” katanya. (Adm)

Komentar
Baca Juga :  Bupati Buton Promosikan Aspal di HPN