SATULIS.COM, Buton Tengah – Seorang ibu guru LS (inisial) salah satu warga desa One Waara, Kabupaten Buton Tengah (Buteng) Sulawesi Tenggara (Sultra) menolak melakukan swab tes setelah dinyatakan reaktif corona berdasarkan pemeriksaan rapied test pada Senin (11/06/2020) oleh tim gugus covid-19 desa One Waara.
LS yang bekerja sebagai guru honorer di salah satu pesantren di Buteng tersebut menolak swab akibat takut kalau hasil swabnya positif dan akan di karantina oleh tim gugus kabupaten.
Berbagai upaya telah di lakukan oleh pihak medis untuk membujuk ibu LS, namun saja tetap menolak. Melihat kondisi tersebut, kepala puskesmas (Kapus) One Waara Hasriyanto, S.Kep Ns menghubungi Kapolsek Lakudo melalui Bhabinkamtibmasnya Aipda Suharman.
Mendapat informasi ada warganya yang enggan di swab, Aipda Suharman langsung mengunjungi ibu LS.
Dalam kunjungan yang di lakukan, Suharman betul betul memberikan pemahaman akan pentingnya melakukan swab test.
“Tugas Polri selain menjaga ketertiban juga mengayomi masyarakat serta memberi rasa aman, begitupun dengan rapied ini, sangat penting untuk mengetahui kondisi kesehatan saat ini agar masyarakat tidak cemas” ucap Suharman kepada media ini saat menirukan dialog dengan LS, Kamis (18/06/2020) malam.
Kukuh dengan pendapatnya, LS tetap menolak untuk lakukan swab. Salah satu alasan yang paling mendasar bahwa dia bukan kluster Pelni manapun seperti kebanyakan masyarakat lainnya yang telah menjalani serangkaian tes.
Setelah melalui dialog yang panjang dan santun serta lembut, LS akhirnya luluh di hadapan Suharman. Wanita tersebut langsung mau menjalani swab test yang di lakukan oleh tim medis di pimpin oleh dr Jasmin Juhazar.
Melalui kesempatan tersebut, Aipda Suharman berharap kepada seluruh masyarakat desa One Waara agar tidak takut apalagi menolak rapied tes yang di lakukan oleh medis dan pemerintah setempat.
“Baiknya masyarakat mematuhi semua anjuran pemerintah. Tentu langkah ini (swab test) untuk memutus sebaran corona. bahayanya ada kategori orang tanpa gejala (OTG), atau orang yang terpapar namun tidak didahului oleh gejala-gejala yang selama ini menjadi pengetahuan publik, seperti batuk, demam, dan sesak napas. Ibarat bom waktu, warga semacam ini sangat berpotensi menjadi penular ke keluarganya dan lingkungan sekitarnya,” terangnya.
Berdasarkan informasi yang di dapat oleh media ini, hasil swab ibu LS akan keluar setelah beberapa hari kemudian, tepatnya 3 hari usai menjalani tes. (Adm)
Peliput : Arwin