SATULIS.COM, Buton Tengah – Meski masih kategori zona merah saat pademi covid-19, pemerintah kabupaten Buton Tengah (Buteng) Sulawesi Tenggara (Sultra) melalui dinas pendidikan akan tetap menjalankan proses belajar saat masuki tahun ajaran baru.
Hal itu disampaikan langsung kepala dinas Pendidikan dan Kebudayaan Buteng Abdullah S.Pd saat di konfirmasi melalui sambungan teleponnya pagi tadi.
Ia mengatakan bahwa jelang tahun ajaran baru nanti, sekolah sekolah yang ada di Buteng baik itu taman kanak kanak (TK), sekolah dasar (SD) maupun sekolah menengah pertama (SMP) akan tetap menjalankan proses kegiatan belajar mengajar (KBM) dengan sistem kelompok.
“Iya proses kegiatan belajar mengajar akan tetap di lakukan pada 13 Juli nanti, namun dengan sistem kelompok dengan tetap menerapkan protokol kesehatan,” kata Abdullah melalui sambungan telponnya, Kamis (09/07/2020) pagi.
Mantan kepala BKKBN itu menuturkan, hal itu di lakukan mengingat selama beberapa bulan terakhir selama masa pandemi corona, metode pengajaran yang di terapkan di seluruh sekolah yang ada dianggap kurang efektif.
“Pembelajaran sebelumnya via daring dan pemberian tugas dengan pemberian buku paket itu kurang efektif. Sekarang saya ubah modelnya menjadi belajar kelompok, dimana dalam satu kelompok jumlah siswa itu terdiri 5 orang,” ucapnya.
Dalam KBM tersebut lanjutnya, guru akan berkeliling ke masing masing kelompok untuk memberikan pelajaran dengan waktu yang di tentukan (kondisional) dengan tidak mengikuti jam sekolah normal.
“Kemungkinan waktu ajar dari masing masing kelompok kurang lebih 1 jam yang di ikuti dengan tugas, begitu seterusnya. Sementara rumah yang di tunjuk untuk belajar kelompok nanti akan disedikan semua alat pelindung diri (APD) dan tempat cuci tangan sehingga anak bisa memperoleh haknya dalam mendapatkan pendidikan,” ungkapnya.
Untuk Sultra, tambah Abdullah, kabupaten yang saat ini bisa menjalankan proses belajar mengajar secara langsung hanya 2 kabupaten yakni Konawe Kepulauan dan Muna Barat sesuai dengan surat edaran Kemdikbud.
Terpisah, Amiruddin SPd, kepala sekolah satu atap (Satap) 21 Buteng mengatakan langkah yang di ambil oleh pemerintah kabupaten melalui dinas pendidikan sudah sangat baik. Sebab model pembelajaran sebelumnya (3 bulan terakhir) dianggap tidak efektif.
“Model pembelajaran daring dan pemberian buku kepada siswa kurang baik, sebab banyak siswa yang tidak bisa belajar saat model daring di lakukan. Seperti kami yang di pelosok dan jaringan tidak medukung hal itu,” terangnya.
Dengan perubahan pola belajar yang menggunakan sistem kelompok, masih kata Amiruddin, siswa bisa lebih aktif dan guru bisa mengawasi siswa.
“Saya kira ini sangat bagus untuk memantau anak dalam pembelajarannya. Sekolah nanti tinggal menyiapkan salah satu rumah untuk di jadikan tempat proses belajar mengajar yang telah di lengkapi tempat cuci tangan, masker dan yang lainnya,” tutupnya. (Adm)
Peliput : Arwin