SATULIS.COM, BAUBAU – Pergantian nama Kota Baubau menjadi Kota Buton kembali mengemuka. Semangat perubahan nama itu dibahas oleh sejumlah tokoh masyarakat Kepulauan Buton (Kepton) yang hadir dalam diskusi “Koja-koja Kahawa Rongi” bertempat di Sunsert Resort, Sabtu (06/02/2020).
Mantan Bupati Buton, Samsu Umar Abdul Samiun yang pertama menyuarakan. Menurutnya, nama Baubau tak miliki nilai historis dalam perjalanan panjang eks kesultanan Buton sehingga layak untuk diubah.
“Setau saya, Baubau itu dari jembatan batu, Kelurahan Wale, sampai di Bonesaala Kelurahan Batulo,” beber Umar Samiun.
Selain itu, kata dia, perubahan nama dari Kota Baubau menjadi Kota Buton, kian mempertegas identitas ke-Butonan dan membuatnya semakin tergaung. Dengan begitu, tak ada lagi sekat antara masyarakat Buton lainnya dalam hal identitas maupun entitas.
Hal ini kemudian ditanggapi baik peserta forum termasuk mantan Bupati Buton, LM. Safei Kahar. Hanya saja kata Sjafei Kahar, dibutuhkan tim kecil semacam forum kota (Forkot) seperti halnya saat fase peningkatan status Kotif Baubau menjadi Kota.
“Saya sangat sepakat dengan usulan ini. Karena dimana-mana itu tidak ada kerukunan Baubau, yang ada kerukunan Buton,” ungkapnya.
Selain itu, ia juga meminta agar usulan perubahan nama yang sudah disepakati melalui forum tersebut dikemas menjadi rekomendasi ke pemerintah Kota untuk kemudian diteruskan ke DPRD.
“Nanti kita desak Kota (Pemkot Baubau) dan DPRD agar diteruskan ke Kemendagri. Karena ini pengalaman saya saat memekarkan daerah seperti itu. Kalau perlu sampai tukang ketiknya itu dikawal,” jelasnya.
Senada dengan mantan ketua DPRD Wakatobi, Andi Hasan. Menurutnya, pergantian nama Kota Baubau menjadi Kota Buton sinergi dengan rencana pemekaran Provinsi Kepulauan Buton (Kepton).
“Kalau saya sangat sepakat sekali,” singkatnya.
Demikian halnya mantan Wakil Ketua DPRD Kota Baubau, H. La Ode Hamuri, juga sangat sepakat dengan usulan penggantian nama tersebut mengingat historis Buton yang patut untuk dijaga.
“Menurut beberapa sumber, nama Baubau lahir karena banyaknya mayat yang tak sempat di kuburkan disepanjang kelurahan Wale. Wale ini diambil dari Wale-wale (pondok),” pungkasnya.
Diketahui, sejumlah tokoh yang hadir dalam diskusi tersebut yakni mantan Bupati Buton, LM Safei Kahar dan Samsu Umar Abdul Samiun. Mantan Ketua DPRD dan Wakil Walikota Baubau, Waode Maasra Manarfa, mantan Ketua DPRD Wakatobi, Ali Hasan. Mantan Wakil DPRD Kota Baubau, Hamuri. Anggota DPRD Buton Selatan, La Hijira dan sejumlah tokoh budaya dan masyarakat lainnya termasuk mantan kandepag, Muirun Awi. (Adm)