SATULIS.COM, BAUBAU – WaliKota Baubau Dr H AS Tamrin, MH saat upacara dies natalis Universitas Muslim Buton (UMU) Buton ke-2 di kampus UMU Buton Selasa (25/5/2021) memaparkan pemahaman wawasan kebangsaan bagi masyarakat Kota Baubau.
Wawasan kebangsaan itu dinilai gampang-gampang susah dimana sepintas lalu seolah-olah semua orang tahu padahal sesungguhnya tidak tahu dikarenakan luas cakupannya.
Namun demikian bila berbicara wawasan kebangsaan akan berhubungan pula dengan bagaimana nasionalisme, bagaimana dengan persatuan Indonesia yang ketiganya bila dikaitkan maka itulah sila ketiga dari Pancasila.
Hanya saja, persoalannya adalah ketiga kata ini adalah merupakan suatu perekat dari pada NKRI yang kadang-kadang tidak dipahami sebab berbicara pancasila sila ketiganya kebangsaan, nasionalisme, persatuan Indonesia yang bila dipahami merupakan kesatuan yang utuh majemuk tunggal sehingga itulah pemahaman kebangsaan, nasionalisme dan persatuan Indonesia.
Menurut orang nomor satu di Kota Baubau ini, kebangsaan, nasionalisme dan persatuan Indonesia sesungguhnya tidak ujuk-ujuk lahir begitu saja. Sebab, sudah ada jauh sebelum Bung Karno menyatakan Pancasila.
“Tapi dulu namanya belum Pancasila dan nilai-nilai itu sudah ada dan Bung Karno menggalinya dari bumi Indonesia. Jadi pertanyaan kita adalah mulai kapan kah ada bangsa Indonesia? sebab dulu tidak ada bangsa Indonesia karena yang ada hanyalah Majapahit, Sriwijaya dan yang lainnya. Dari sabang sampai Merauke, dari miangas sampai pulau rote itu merupakan ancang-ancang dari the founding father yang semuanya baru muncul yang ditandai dengan 28 Oktober 1928 yang merupakan hari Sumpah Pemuda,” beber AS Tamrin seperti dilansir Diskominfo Baubau.
Sumpah Pemuda tersebut berbunyi, Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertanah air satu tanah air Indonesia, Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa satu bangsa Indonesia, Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku berbahasa satu bahasa Indonesia. Itu mulai muncul dan kalau ini kita telusuri siapa yang suruh mereka, memberi mandat mereka bahwa mengatasnamakan young celebes, young ambon, tidak ada yang suruh tapi dia atas nama orang Sulawesi, orang Ambon tidak ada yang protes, berbeda dengan sekarang ini. Kekompakkan itu sangat utuh dulu dan ini harus dicontoh,” ujarnya.
AS Tamrin mengakui, dengan adanya wawasan yang merupakan cara pandang ke depan nasionalisme, bagaimana memandang nasionalisme dalam konteks kenegaraan sehingga ada NKRI dan berkembang sesudah 28 Oktober1928 yang merupakan hari lahir sumpah pemuda yang memunculkan nasionalisme.
Kemudian muncul yang lain Budi Utomo, sehingga pada perkembangannya muncullah kelompok-kelompok pemuda yang mengembangkan menyatu dalam kesatuan lalu muncullah yang disebut dengan Pancasila. Ini harus dipahami oleh generasi muda sekarang ini yang banyak belum mengetahui. Karena ,baik itu nasionalisme, kebangsaan dan persatuan Indonesia itu adalah salah satu bagian sila dari pancasila. Sehingga, dikatakan sila-sila pancasila itu merupakan satu kesatuan yang utuh majemuk tunggal.
Dalam implementasi di pemerintahan ungkap Wali Kota Baubau dua periode ini, daerah telah mengenal daerah yang namanya paradgima nasional , pola hidup nasional yakni pertama, Pancasila sebagai landasan ideal negara, UUD 1945 sebagai landasan konstitusional dan wawasan nusantara sebagai landasan visional.
Dengan adanya konsep-konsep ini muncullah suatu semangat persatuan dan kesatuan. Kemudian, wawasan nusantara itu adalah realita kenyataan bahwa negara Indonesia adalah heterogen, banyak agama, banyak etnis, banyak bahasa.
Didalam perkembangannya wawasan nusantara itu terjadilah dan dibentuklah negara bangsa yang namanya NKRI yang terdiri dari bermacam-macam sehingga Itu merupakan andasan visionalnya. Sedangkan, landasan konsepsionalnya dinamakan Tanas (Ketahanan Nasional) yang merupakan suatu konsep suatu dari suatu negara kekuatan suatu negara dalam mempertahankan eksistensinya dalam menghadapi tantangan ancaman dan hambatan gangguan. Guna mewujudkan suatu negara yang aman, damai, sejahtera lahir bathin sampai akhir zaman.
Untuk mempertahankan ketahanan nasional jelas AS Tamrin, ada 5 gatra yakni 3 gatra tatis adalah sumber daya alam, sumber daya manusia dan geografi yang menjadi acuan. Dimana negara Indonesia berada di perlintasan timur barat yang merupakan karunia Tuhan dan tidak bisa lagi dipungkiri untuk meminta dilahirkan di tempat atau di negara lain terlepas dari segala kelebihan dan kekurangan.
“Kita beruntung, termaksud manusia kita pintar-pintar semua itu namanya gatra statis potensi dasar suatu negara. Ada potensi statis yang dia labil yang dinamakan Ipoleksusbudahankam sebab dia bergerak mengikuti perkembangan suatu negara maka dipengaruhi juga oleh situasi dan kondisi negara lain. Sehingga tidak bisa bekerja begitu saja baik itu pengaruh dari luar ada yang namanya pengaruh lingkungan strategis yang sifatnya global kemudian ada yang sifatnya nasional, ada sifatnya lokal,” jelasnya.
“Itu pengaruh, dan buktinya saja sekarang sudah disusun pendataan perencanaan pembangunan begitu covid direfocusing lagi buyar semua. Belum lagi masalah-masalah konflik bisa merubah konsep-konsep,” jelasnya.
Lebih lanjut dijelaskan, berbicara mengenai wawasan kebangsaan subtansinya harus betul dan dikaitkan dengan kondisi sekarang yang ada anarkisme, separatis, radikalisme. Oleh sebab itu, pihaknya mengajak semua pihak untuk selalu kompak sebab kalau tidak kompak akan menjadi mangsa negara lain.
Sementara itu, ketua Yayasan UMU Buton Drs H brahim Marsela, MM membeberkan keberhasilan UMU Buton dalam kurun waktu dua tahun terakhir berdasarkan evaluasi terakhir dari kementerian pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia melalui lembaga-lembaga layanan LM Dikti wilayah IX Wilayah Sulawesi.
Telah mengukir prestasi yakni pertama sebagai unversitas yang paling kreatif di wilayah Kepton dengan mendapatkan angka 2 koma lebih, sementara mitra UMU Buton hanya mendapatkan nilai nol koma lebih. Kemudian prestasi ke dua, UMU Buton mendapat penghargaan sebagai perguruan tinggi yang paling inovatif di wilayah Kepton yang disampaikan langsung oleh kepala LM Dikti wilayah IX.
Mantan Kepala Dinas Pariwisata Sultra ini berjanji akan memberikan proses pembelajaran terbaik, dengan bagaimana membentuk akhlakul korimah, bagaimana membentuk intelektual dan bagaimana membentuk keterampilan daripada anak didik . Hal ini dimaksudkan untuk melahirkan SDM yang betul-betul memiliki karakter unggul, semangat pantang menyerah, memiliki kerja keras, memiliki daya juang yang tinggi, dan menghargai kedua orang tuanya. (Adm)