Hasil Swab Positif Covid-19, Mayat Pasien Dirampas Paksa Keluarga

245

SATULIS.COM, BUTON UTARA – Setelah berjuang melawan virus Covid-19, Budianto akhirnya menghembuskan napas sekitar pukul 03.22 WITA dini hari di Puskesmas Kecamatan Wakorumba Utara. Karena istri dan keluarga pasien tidak terima proses pemakaman harus sesuai prosedur standar wabah Covid-19, akhirnya mayat almarhum dirampas paksa keluarganya, Rabu (11/8/2021).

Demikian dikatakan Kepala Puskesmas Kecamatan Wakorumba Utara (Wakorut), Zhamani, Skep, Ns, melalui sambungan telepon, Rabu (11/8/2021) sekitar pukul 23.30 WITA.

Zhamani menjelaskan latar belakang sebelum pasien diterima untuk dirawat di Puskesmas Wakorumba Utara. Almarhum datang diantar keluarganya sekitar pukul 22.00 WITA lewat Unit Gawat Darurat (UGD). “Masuk dengan keluhan panas tinggi dan kesadaran menurun. Sebelum masuk di ruang UGD, di depan UGD kami Swap Antigen ternyata hasilnya reaktif atau positif Covid-19,” ungkap nya.

- Advertisement -

Setelah itu, Zhamani memberikan penjelasan kepada pihak keluarga bahwa almarhum positif menderita Covid-19 sesuai hasil Swab Antigen. Untuk menyakinkan keluarga pasien, petugas Satgas Covid-19 Puskesmas Wakorumba Utara memperhatikan hasil Swab Antigen nya.

“Istri dan keluarganya belum percaya. Kami sampaikan disini kami tidak mengada-ngada ini hasil swabnya, lihat sendiri,” pungkas nya.

Zhamani mengatakan bahkan istri almarhum tetap bersikukuh bahwa suaminya meninggal bukan karena Covid-19. Karena setelah melihat beberapa tanda benjolan merah seperti bisul di belakang dan di samping badan almarhum sehingga berkesimpulan suaminya meninggal di makan parakang (bahasa lokal, red).

“Terbesit dalam hati saya (Zhamani, red) kalau ini penyakit non medis kenapa di bawa ke sini (Puskesmas Wakorumba Utara, red), kenapa tidak di bawa ke dukun saja, tapi ini dalam hati saya. Sementara hasil Swab Antigen positif Covid-19, tapi istrinya dia tidak akui ungkap nya.

Baca Juga :  Massa Pendukung RIDA Sambut Antusias Kedatangan Umar Samiun

Begitu pagi pukul 06.00 WITA, lanjut Zhamani, datang lagi keluarganya lalu diskusi, kesimpulan nya mereka sudah sepakat bahwa proses penanganan jenazah akan dilakukan sesuai Protokol Covid-19. Sebab istri almarhum, keluarga suami nya, dan Polsek Wakorumba Utara juga hadir dua orang. Setelah itu, Zhamani mengusulkan pada pihak keluarga almarhum agar menghadirkan pak imam dari kampung.

“Namanya kita ini Buton Muna, ada proses adat. Kita menunggu pak Imam dan keluarga nya tiba pukul 10.00 pagi. Saya sampaikan jenazah ini kita cepat urus sebelum shalat duhur sudah selesai, ada yang menggali kubur, mengukur jenazah, menggunting kain kafan,” kata Zhamani.

Zhamani menegaskan bahwa ketika tiba keluarga nya tinggal mereka lihat jenazah almarhum. Jadi selesai tidak lagi singgah di rumah almarhum, sudah langsung di antar ke kuburan untuk di tanam.

“Begitu tiba keluarga nya dari Raha, sudah bersamaan dengan massa banyak. Dari situ mulai muncul bahasa kurang percaya bahwa almarhum meninggal karena Covid-19. Kita bersama Polisi dua orang menghalau di pintu masuk Puskesmas, kami coba memberikan penjelasan, tapi massa sudah mencak-mencak, bahkan seolah-olah hasil Swab nya direkayasa,” jelas Zhamani

Kemudian dua petugas Polsek Wakorumba Utara mencoba memberikan penjelasan, mereka tetap tidak mau menerima. Lalu Zhamani dan dua petugas Polsek, meminta perwakilan dari pihak keluarga untuk negosiasi lagi, sehingga jumlah mereka enam orang.

“Enam perwakilan keluarga ini meminta agar jenazah di pulangkan di rumah, tapi dengan menggunakan Protokol Kesehatan. Saya bilang waa, tidak bisa juga begitu, tidak bisa. Karena pada prinsipnya, jenazah keluar dari sini dalam penanganan protokol Covid-19, sudah dikemas, sudah dalam kantong jenazah, sudah dimandikan, sudah dikafani semua, dibungkus, dan dimasukkan di kantong jenazah, langsung di bawa di kubur, tidak lagi singgah di rumah,” tegas Zhamani.

Baca Juga :  Satu Lagi Pelaku Curas di Desa Wamboule Berhasil Dibekuk

Menurut Zhamani, sementara diskusi Kapolsek, Babinsa, dengan perwakilan keluarga almarhum ternyata massa sudah mengambil paksa jenazah Covid-19. Polisi yang menghalau dua orang, tidak mampu menahan massa karena jumlah mereka sekitar ratusan lebih.

“Ternyata yang datang dengan kampung sebelah Desa Wambulio. Dan petugas di pintu masuk tidak bisa menghalangi massa yang begitu banyak, mereka langsung masuk dan mengambil paksa jenazah lewat jendela lalu diangkat langsung di muat di mobil pick up,” pungkas nya.

Setelah massa berhasil membawa kabur mayat almarhum Budianto di Desa Labuan Bajo, petugas Puskesmas, Polsek, Babinsa tidak ada lagi yang menyusul. Pertimbangannya, di Puskesmas saja petugas sudah tidak di dengar, apalagi sudah di rumah sendiri.

“Sudah itu kita pak, tidak lagi tahu perkembangan nya,” kata Zhamani. (adm)

Peliput : Mus

Komentar