Pemkot Baubau Terus Pelihara Ritual Budaya Gorana Oputa

54

SATULIS.COM, BAUBAU – Dalam rangka menjaga dan memelihara budaya yang sudah dilaksanakan sejak zaman Kesultanan, Pemerintah Kota Baubau terus melaksanakan beberapa ritual adat peninggalan leluhur tersebut. Salah satu di antaranya ialah malam Gorana Oputa yang merupakan tanda dimulainya pelaksanaan Haroa peringatan Maulid Nabi Besar Muhammad Salallahu Alaihi Wasalam (SAW).

Sepanjang sejarah perjalanannya, Ritual Gorana Oputa ini selalu dilaksanakan di kediaman Kaogesana Lipu (Sultan) yang sekarang bermanifestasi menjadi Wali Kota. Selain bertujuan untuk menyambut Maulid Nabi Besar Muhammad SA, tradisi ini juga bertujuan untuk malam dimana seorang Sultan atau kepala negara mendoakan keselamatan dan kesejahteraan seluruh rakyatnya.

- Advertisement -

Wali Kota Baubau Dr. H. AS Tamrin, MH. saat ditemui usai Ritual Gorana Oputa di rumah jabatan Wali Kota, Selasa dini hari (19/10/2021) mengungkapkan, tradisi Gorana Oputa sarat dengan nilai-nilai Budaya dan Religius yang patut dipertahankan. Selain itu, Gorana Oputa juga merupakan momentum yang baik bagi seorang Wali Kota untuk mendoakan keselamatan dan kesejahteraan warganya.

Lebih lanjut H. AS Tamrin menjelaskan, Gorana Oputa merupakan pertanda dimulainya haroa Maludu (Maulid Nabi Besar Muhammad SAW) bagi masyarakat Baubau serta Buton pada umumnya. Pada masa Kesultanan, tradisi tersebut dilaksanakan oleh Sara Ogena (Sultan dan Perangkat-perangkatnya) dengan melibatkan Sara Kidina (Perangkat Masjid Agung Keraton) sebagai pembaca Barasanji dan Do’a.

“Pada malam Gorana Oputa ini kita berdoa agar masyarakat kita dijauhkan dari marabahaya dan bencana serta diberikan kedamaian dan kesejahteraan. Nanti setelah malam Goranana Oputa ini masyarakat baru bisa melaksanakan haroa Maludu”, ungkapnya.

Wali Kota dua periode ini menyadari, di zaman moderen sudah banyak yang menganggap tradisi maludu sebagai perbuatan Bid’a. Namun pihaknya meyakini, tradisi ini mengandung banyak makna. Baik makna budaya maupun makna religius. Pasalnya, dalam ritual Maludu yang dibaca adalah Barasanji, dimana didalam Barasanji tersebut bercerita tentang kisah Nabi Besar Muhammad Sallahu Alaihi Wasallam.

Baca Juga :  Tiga Jenis Pajak Ini Belum Dikelola Pemkot Baubau, Apa Saja?

“Dalam pelaksanaan ritual Maludu ini yang dibaca adalah Barasanji, dimana didalam Barasanji ini bercerita tentang kisah-kisah Nabi besar kita Muhammad Sallahu Alaihi Wasallam. Dalam kisah hidup Nabi Muhammad Sallahu Alaihi Wasallam ini banyak pelajaran yang dapat kita petik sebagai pedoman hidup kita umat Islam”, imbuhnya.

Orang nomor satu di Kota Baubau ini berharap, agar tradisi Maludu dapat terus dijaga dan dilestarikan oleh generasi dimasa yang akan datang. Pasalnya, selain menjaga budaya warisan leluhur, tradisi ini juga merupakan bentuk kecintaan serta mengagungkan Nabi Besar Muhammad Salallahu Alaihi Wasallam sebagai suri Teladan bagi umat Islam. Selain itu, tradisi Maludu adalah merupakan salah satu kekayaan budaya masyarakat eks Kesultanan Buton pada umumnya.

Setiap tahun tradisi Gorana Oputa ini diselenggarakan di rumah jabatan Wali Kota Baubau. Penanggung jawab ritual Gorana Oputa tersebut adalah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Baubau. Meski harus mengikuti protokol kesehatan, namun ritual Gorana Oputa ini tetap terlaksana dengan khusyuk dan penuh hikmad. (Adm)

Komentar