SATULIS.COM, BAUBAU – Rencana Bank Indonesia (BI) bersama dengan instansi teknis dipandu oleh tenaga ahli dalam mengintervensi sisi pertanian Kota Baubau agar mempunyai produktivitas tinggi dengan biaya rendah, mendapat apresiasi dari Wali Kota Baubau La Ode Ahmad Monianse.
Hal itu ditegaskan saat membuka pelatihan yang diinisiasi oleh BI, kerjasama Pemkot Baubau dalam hal ini Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan di kawasan pertanian Ngkaring-Ngkaring Kecamatan Bungi Senin (20/6/2022).
Menurut La Ode Ahmad Monianse, dengan biaya rendah dan penggunaan konten lokal dimana barang yang selama ini terbuang percuma dan nilainya nol, sekarang ini telah menjadi manfaat.
”Jadi kalau istilah ekonominya margin dimana yang tadinya mungkin selisih antara biaya produksi dengan keuntungan penjualan itu cuma Rp 2 ribu misalnya, maka dengan adanya intervensi ini terbuka lebar menjadi Rp 10 ribu. Artinya, ada Rp 8 ribu tambahan,” bebernya.
“Nah inilah mungkin yang jadi harapan bersama bahwa melalui intervensi teknologi yang ramah lingkungan akan memberikan manfaat besar buat petani-petani Baubau. Kalau petani kita sejahtera saya kira Indonesia juga akan baik. Kota kita juga akan baik,” ujarnya.
Tentunya kalau bila bebicara tentang ekofarming tambah orang nomor satu di Kota Baubau ini, sebenarnya dengan tidak memilah-milah suku bangsa tetapi orang Bali lah yang paling memahami.
Pasalnya, dengan tri katarana akan memberikan pelajaran bagaimana hubungan dengan Tuhan kemudian manusia dengan lingkungan. Oleh sebab itu, ekofarming ini adalah salah satu dari implementasi bagaimana hubungan yang baik manusia dengan lingkungan.
“Jadi kalau kita bicara Ekofarming mestinya kita harus belajar dengan orang Bali. Sehingga kemudian mengapa pilihan kita di Ngkaring-Ngkaring karena kita sangat berharap program ini akan berhasil,” ujarnya.
“Program ini tidak boleh gagal karena dari sinilah kita belajar dan akan menularkan, Karena itu mari kita dukung bersama pelatihan-pelatihan ini dan kita implementasikan kemudian kita akan dedikasikan atau tularkan kepada teman-teman yang lain,” katanya.
La Ode Ahmad Monianse meyakini apabila yang telah dilakukan tersebut sudah tersebar dengan pemahaman yang sama maka kekuatan pertanian di Kota Baubau yang hanya memiliki luas lahan kurang lebih 1300 hektar untuk sebuah ukuran hamparan yang masih terlalu kecil.
Namun untuk sebuah Kota lanjut Monianse, khususnya Kota Baubau, ini adalah benteng pertahanan. Sehingga dengan demikian dengan luas wilayah pertanian yang 1300 hektar ini akan dapat dioptimalkan dan dimaksimalkan perannya.
La Ode Ahmad Monianse sangat menyadari dalam dua hari terakhir ini Kota Baubau mendapat bencana kebanjiran. Hal ini idak bisa dipungkiri sebab itu benar-benar menjadi ancaman buat pertanian. Namun demikian, tidak bisa pungkiri pula bahwa kejadian hari ini adalah akibat dari kebijakan beberapa tahun lalu yang sudah diketahui bersama.
Menurutnya, seiring dengan melemahnya sistim keuangan didalam hal perbaikan sarana dan prasarana pertanian, tetapi ada tekanan yang lebih besar sebagai dampak kebijakan yang diambil untuk pembukaan lahan pertambangan.
Lebih lanjut Monianse menjelaskan, kurang lebih 2 bulan lalu Pemerintah pusat sudah mencabut izin pertambangan sehingga tidak ada lagi pertambangan di Baubau. Salah satu tekanannya adalah mengutamakan pertanian dari pada pertambangan.
Pertambangan merupakan anugerah Tuhan tapi belum akan dikelola hari ini. Jika masih ada potensi daerah di sektor lain yang bisa di kelola untuk kesejahteraan, maka potensi tersebut yang akan di kelola lebih dulu.
“Kalau kita ke tambang kita bisa belajar dari tempat lain. Sejahtera pertambangan hanya sejahtera di tingkatan para pemain pertambangan, tapi tidak berdampak pada masyarakatnya. Sehingga pilihan Kota Baubau untuk lebih memilih penguatan pertanian dari pada pertambangan saya kira sudah pilihan tepat,” ungkapnya.
Lebih lanjut dijelaskan, pihaknya telah melakukan konfirmasi di Jakarta dan saat ini menunggu usulan dari Pemkot Baubau tentang reklamasi wilayah pertambangan perbaikan. Sebab, satu sisi perbaikan di tingkatan hulu dan hilir itu harus dilakukan.
“Jadi di gunung diperbaiki yang kemudian dari infrastruktur karena infrastruktur pertanian ada beberapa dinas yang terkait ada tersier, sekunder dimana masing-masing ada perannya seperti dinas PU,” katanya.
Sehingga program untuk tetap menjadikan pertanian walaupun dengan lahan yang minim di Baubau tetap akan dilakukan untuk menjadi benteng pertahanan pangan di Baubau yang apabila dikelola dengan baik dan dimanfaatkan sebaik mungkin potensi supaya pertumbuhan perekonomian dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. (Adm)