Jumat, November 22, 2024

Wawali Baubau : Tuturangiana Batupoaro Momentum Untuk Mengingat Sejarah

SATULIS.COM, BAUBAU – Pemerintah Kota Baubau terus berupaya menjaga dan melestarikan sejumlah ritual budaya warisan leluhur, salah satu di antaranya ialah Tuturangiana Batupoaro. Ritual yang dilaksanakan setiap tahun ini, selain untuk melestarikan budaya juga merupakan momentum untuk mengingat kembali sejarah pertama kali masuknya Ajaran Islam di Buton.

Hal tersebut diungkapkan Wakil Wali Kota (Wawali) Baubau La Ode Ahmad Monianse melalui sambutannya, saat menghadiri dan mengikuti Ritual Adat Tuturangiana Batupoaro. Ritual tersebut dilaksanakan langsung di situs sejarah Batupoaro, laut Ponda Kelurahan Wameo Kecamatan Batupoaro Kota Baubau Kamis (14/10/2021).

La Ode Ahmad Monianse menuturkan, ritual Tuturangiana Batupoaro tersebut bukan hanya sebuah acara yang dilaksanakan setiap peringatan hari ulang tahun Kota Baubau. Namun lebih dari itu, terdapat nilai-nilai penting yang berkaitan erat dengan sejarah pertama kali masuknya ajaran Islam di Kerajaan Buton yang di bawa oleh Syeh Abdul Wahid.

“Nilai religius yang dihadirkan dalam ritual Tuturangiana Batupoaro ini adalah agar kita senantiasa bersyukur kepada Allah Subhanahu Wataala. Karena Rahmat-Nya, sehingga Ulama besar Syeh Abdul Wahid sampai di tanah Buton ini, untuk menyampaikan ajaran Islam yang merupakan Risalah Nabi Besar Muhammad Sallahu Alaihi Wasalam,” tuturnya.

Ditambahkan, hal penting lainya ialah adanya nilai pedagogis, di mana nilai tersebut seharusnya tertanam di dalam sanubari masyarakat Buton pada umumnya dan masyarakat Baubau khususnya. Nilai pedagogis tersebut di antara ialah nilai-nilai keislaman berupa kebersihan bagian dari Iman. Nilai ini sangat penting untuk diperhatikan, mengingat Batupoaro terletak di halaman depan Kota Baubau.

“Nilai keislaman yang mengajarkan kebersihan adalah bagian dari Iman ini seharusnya dapat mengilhami kita semua, khususnya masyarakat yang berada di sekitar area Batupoaro ini. Kalau tempat ini kita anggap sakral dan istimewa, maka kita harus benar-benar menjaga kebersihannya. Karena siapa lagi yang bisa menjaga kebersihan tempat ini kalau bukan kita sendiri,” imbuhnya.

Baca Juga :  281 Mahasiswa KKA-UM Buton di Terima Walikota AS Tamrin

La Ode Ahmad Monianse juga menekankan, agar ritual Tuturangiana Batupoaro tersebut tidak diterjemahkan sebagai tindakan untuk mengagungkan sebuah batu atau hal-hal mistis lainnya. Pasalnya, pelaksanaan ritual tersebut hanya merupakan salah satu cara serta upaya, agar masyarakat Baubau khususnya serta masyarakat Buton pada umumnya dapat mengambil hikmah dari kejadian di masa lalau.

“Dari ritual Tuturangiana Batupoaro ini, sesungguhnya banyak nilai-nilai serta hikmah yang bisa kita ambil dari kejadian di masa lalau. Di mana, kejadian-kejadian itu dapat menjadi pelajaran bagi kita, untuk membangun dan menata kehidupan kita di masa yang akan datang. Batupoaro adalah masa lalu, tetapi sesungguhnya dari masa lalau itulah sehingga kita bisa menata masa depan,” ujarnya.

Untuk itu Wawali Baubau ini meminta, agar Dinas terkait dapat memperhatikan dengan baik situs Batupoaro tersebu. Hal ini bertujuan, agar pelaksanaan ritual ditahun-tahun yang akan datang, dapat memberikan nilai ritual yang lebih baik dan berkualitas dari tahun-tahun sebelumnya. Dengan demikian, Tuturangiana Batupoaro benar-benar bisa menjadi sebuah atraksi budaya yang bisa membanggakan.

“Kalau situs ini diperhatikan dengan baik, maka minat para wisatawan untuk datang berkunjung di Batupoaro ini juga akan terbangun. Dan ini akan berdampak ekonomis buat masyarakat sekitar khususnya dan masyarakat Kota Baubau pada umumnya. Untuk itu saya berharap, agar kita semua betul-betul dapat menjaga dengan baik situs ini, terutama kita menjaga kebersihannya,” pungkasnya. (Adm)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

IKLAN

Latest Articles