SATULIS.COM, BAUBAU – Hujan yang mengguyur Kota Baubau beberapa hari terakhir ini menyebabkan terjadinya genangan air disejumlah titik. Bahkan paling parah disepanjang jalan poros utama Betoambari.
Di jalan ini, sedikitnya terdapat empat titik lokasi genangan air. Keempat titik lokasi itu masing-masing, tugu kirab, simpang empat SPBU Kelurahan Bone-bone, Depan SMPN 4 Baubau serta depan jalan Kembang.
Pantaun Satulis.com pada Jum’at (19/11/2021) sore, ketinggian genangan air di SPBU Bone-bone mencapai 50 Cm atau setinggi lutut orang dewasa. Tak sedikit kendaraan roda dua mengalami mati mesin akibat nekat menerobos genangan air itu.
Sementara di depan jalan kembang, salah satu warga terpaksa memblokade sebagian badan jalan. Pasalnya, percikan air dari kendaraan yang melintas masuk hingga ke dalam rumah.
Buruknya sistem drainase diduga kuat menjadi penyebab utama terjadinya genangan. Padahal, pemerintah kota telah membuat sumur resapan di setiap titik genangan.
Untuk menghindari genangan tersebut, para pengendara terpaksa menggunakan jalan Erlangga sebagai jalur alternatif. Ironisnya, sejumlah titik genangan juga terjadi di jalan ini. Sedikitnya terdapat empat titik genangan di Jalan yang menghubungkan berapa kelurahan ini. Utamanya di Kelurahan Bone-bone atau dulunya disebut, Wanggangga.
Salah satu warga setempat, Toufan Ahmad, mengatakan, genangan disepanjang jalan Erlangga ini terjadi kurang lebih sejak enam tahun lalu. Pada masa itu, belum ada perhatian dari pemerintah untuk melakukan perbaikan jalan.
“Kalau direncanakan itu pernah. Tapi realisasinya tidak pernah. Hanya di jalan Erlangga wilayah pos dua saja yang diaspal dulu,” beber Acil sapaan Toufan Ahmad.
Terjadinya genangan air pada beberapa titik jalan utama ini, juga mendapat sorotan dari penasehat Gerakan Mahasiswa dan Pemuda Penyambung Lidah Rakyat (Gempur), Rizal Palapa. Bahkan Rizal mengkaitkan hal itu dengan kebijakan Pemkot yang lebih mengutamakan pembangunan jalan lingkar Kota Baubau yang menelan anggaran hingga seratusan miliar rupiah dengan dana pinjaman daerah.
Menurutnya, pembangunan jalan lingkar bukan suatu kebutuhan urgen masyarakat Kota Baubau. Masih banyak pembangunan dalam kota yang perlu dibenahi.
Apalagi, pembangunan jalan tersebut tidak berdampak pada peningkatan PAD.
“Dengan begitu, pembayaran utang pinjaman daerah ini nantinya akan dibebankan pada APBD. Sedangkan pinjaman daerah ini lebih ditekankan pada pembangunan yang bersifat meningkatkan pendapatan daerah,” beber Rizal.
Rizal juga menyorot dugaan pemborosan anggaran oleh Pemkot Baubau melalui Pokja III Setda. Dimana Pokja III sebagai panitia lelang empat mega proyek jalan lingkar Kota Baubau, seluruhnya memenangkan perusahaan dengan penawaran tertinggi. Padahal selisih penawar terendah dan tertinggi untuk ke empat pekerjaan itu mencapai hingga puluhan miliar rupiah.
Selisih dana itu tentunya kata Rizal, masih bisa dimanfaatkan untuk pembangunan infrastruktur lainnya. Salah satunya perbaikan drainase dan sumur resapan pada sejumlah titik yang kerap terjadi genangan air jika hujan turun. (Adm)
Penulis : Gunardih Eshaya