Sabtu, November 23, 2024

Soal Pembelian Bibit Talas, Umar Sihaji Mengaku Diperdaya

SATULIS.COM, BAUBAU – Setelah memilih bungkam, anggota DPRD Kabupaten Buton, Umar Sihaji akhirnya angkat bicara perihal utang piutang pembelian bibit talas. Meski mengakui baru membayar Rp 60 juta dari total Rp 300 juta, namun Umar Sihaji mengaku diperdaya.

“Jadi begini, kami mau membeli bibit talas itu dengan komitmen, ibu Nawan memberikan pencerahan dan mengawal penanamannya oleh petani di Buton. Selain itu, ibu Nawan juga yang akan membeli hasil panennya,” jelas Umar Sihaji, Selasa (01/03/2022).

Namun kenyataannya kata Umar Sihaji, ibu Nawan hanya berada di Kabupaten Buton selama kurang-lebih dua mingguan, lalu pamit pulang dan berjanji akan datang kembali. Namun kenyataannya, hingga kini ibu Nawan tidak kunjung datang, bahkan memblokir kontak Umar Sihaji.

Lebih lanjut kata Umar Sihaji, ibu Nawan lalu mengutus orang kepercayaannya bernama Joko untuk mengawal dan mengawasi petani. Joko sendiri selama berada di Kabupaten Buton, tinggal di rumah Umar Sihaji dan diberikan fasilitas kendaraan roda empat.

“Tapi si Joko selama di Buton tidak ada kerjanya. Tidak pernah pergi melihat dan mengawasi tanaman talas. Akhirnya itu talas banyak yang busuk dan hancur dirusak babi. Itu karena tehnik penanaman talas yang diajarkan ibu Nawan salah,” beber Umar Sihaji.

Dikatakan Umar Sihaji, mulanya dia hanya mau membeli sebanyak 20.000 bibit talas sebagai percontohan. Terlebih, tanaman talas merupakan hal baru di Kabupaten Buton. Hanya saja mendapat saran dari Joko Kundono agar sekaligus membeli 50.000 pohon untuk kapasitas 1 kontainer.

“Saya iyakan. Setelah saya iyakan, ibu Nawan sampaikan sama saya, kalau 2 bulan anakanya sudah banyak dan akan di kirim ke Sulawesi Tengah,” ucapnya.

Mendengar penjelasan ibu Nawan, Umar Sihaji kembali tertarik untuk menambah pembelian bibit talas sebanyak 50.000 pohon atau 1 kontainer lagi agar tidak mengurangi bibit yang ada. Pada saat itulah ibu Nawan mengaku siap mengawal dan mengedukasi masyarakat terkait cara bercocok tanam talas. Bahkan siap menetap di Buton sampai tanaman talas berhasil.

Baca Juga :  Pilwabup Buton, Iis Elianti Menang Telak

“Nah bgaimana caranya saya mau membayar itu bibit, sedangkan pembelinya dan edukasinya tidak ada. Tanaman talas ini ada hal yang baru. Lagian ini bukan anggaran hibah, tapi uang pribadi saya untuk masyarakat petani Kabupaten Buton,” ungkapnya.

“Jadi menurut saya, ibu Nawan dan Joko Kundono berpikir hanya jual bibit saja. Saya sampaikan lewat media ini, ibu Nawan segera ke Buton untuk mengambil kembali bibit talas beneng ini supaya sama kita impas. Saya juga tidak mau rugi,” tegasnya.

Terkait perjanjian bahwa Ibu Nawan yang akan membeli kembali hasil panen talas, Legislator partai Golkar ini tidak dapat menunjukkan surat perjanjian kerjasama. Alasannya, ibu Nawan sudah pulang lebih dulu sebelum perjanjiannya dibuat ke Notaris.

Sebelumnya, koordinator petani, Nawan Wulan, mengatakan, pihaknya mengirim bibit talas ke Umar Sihaji pada Maret tahun 2021 untuk kebutuhan 10 hektar, dengan total jumlah 100000 bibit. Harga per bibit Rp 3.000, sehingga totalnya Rp 300 juta.

“Baru dikasih Rp 60 juta, itupun dengan cara di cicil. Jadi masih kurang Rp 240 juta yang harus dibayar. Waktu itu (Perjanjian), pak Umar bilang akan dilunasi selama tiga bulan. Tapi sampai sekarang belum ada pembayaran lagi,” jelas Nawan Wulan kepada Satulis.com.

Dikatakan Nawan Wulan, dampak dari perbuatan ingkar Umar Sihaji, dirinya kehilangan kepercayaan dari para petani. Bahkan petani berpikiran bahwa sisa pembayaran telah diterima ibu Nawan Wulan, namun tidak diberikan kepada para petani.

“Yang punya bibit talas juga marah-marah dengan saya. Karena perjanjian awal itu, pas tutup kontainer, DP (Uang muka) pembayaran untuk 2 hektar langsung dilunasi. Sisanya akan dibayar pada bulan berikutnya sampai dengan tiga bulan pelunasan,” jelasnya.

Baca Juga :  APBD Buton 2019 Diproyeksi Turun Rp 55 Miliar

Untuk menjaga kepercayaan dan membuktikan ucapannya, ibu Nawan Wulan berinisiatif memberikan nomor handphone Umar Sihaji kepada para petani, guna mendengar langsung penjelasannya.

“Kemarin-kemarin petani langsung saya kasih nomor hp pak umar, tapi katanya setiap info tidak di jawab. Telepon tidak diangkat. Petani-petani yang punya talas mau urus ke perwakilan pemda yg di Jakarta, saya persilahkan. Karena mereka berfikir duit udah di kasih ke saya, tapi saya gak mau bayar ke mereka,” kesal Nawan Wulan.

Meski begitu, Nawan Wulan masih berharap Umar Sihaji menunjukkan niat baiknya agar menyelesaikan seluruh pembayaran meskipun dengan cara dicicil. (Adm)

Peliput : Gunardih Eshaya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

IKLAN

Latest Articles