SATULIS.COM, BUTON TENGAH – Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada balita akibat kurang gizi dalam jangka waktu lama, paparan infeksi berulang, dan kurang stimulasi.
Perbedaan antara balita normal dan stunting terlihat dari sisi tinggi badan. Balita stunting terlihat lebih pendek dari balita seusianya. Namun, perbedaan yang tidak terlihat antara keduanya adalah otak anak stunting tidak terbentuk dengan baik dan dapat berdampak panjang.
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan RI, sampai saat ini angka stunting di Indonesia adalah 21,6 persen.
Buton Tengah (Buteng) sebagai daerah pesisir cukup besar dengan mayoritas pendudukanya adalah petani dan nelayan masih menjadi wilayah yang memiliki angka stunting tertinggi di Provinsi Sulawesi Tenggara.
Menurut hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan, prevalensi balita stunting di Buteng masih masih terbilang tinggi berkisar di angka 41,6 persen.
Olehnya itu, untuk mencegahnya perlu dilakukan intervensi terhadap ibu dan bayi. Hal ini seperti yang disampaikan oleh bapak asuh stunting Buteng, La Andi, S.Sos.
Menurut La Andi, pemerintah saat ini tengah berusaha mencegah stunting melalui Gerakan Cegah Stunting dengan 5 kegiatan pertama gerakan aksi begizi, gerakan bumil sehat, gerakan posyandu aktif, gerakan jambore aktif dan gerakan cegah stunting itu penting.
“Kelima gerakan ini mengajak untuk membentuk kebiasaan sehat utamanya buat para ibu hamil,” ucap bapak asuh stunting Buteng, La Andi, S.Sos, saat dikonfirmasi via telepon, Selasa (21/02/2023).
Meski begitu kata dia, dibutuhkan peran besar dari masyarakat dan kader jambore guna meningkatkan kapabilitas kader dalam memberi pelayanan terhadap para ibu seperti diantaranya pesan ABCDE bebas stunting.
“Tag linenya kan ‘Cegah Stunting itu Penting’ dengan terus menggelorakan pesan ABCDE. Dalam pesan itu diminta agar calon ibu hamil atau remaja putri Aktif mengonsumsi tablet tambah darah, ” katanya.
Setelahnya, Bumil atau ibu hamil teratur melakukan pemeriksaan kehamilan minimal 6 kali.
“Kemudian buat bayi, kecukupan konsumsi protein hewani harus diperhatikan bagi para ibu khususnya buat bayi yang telah memasuki usia 6 bulan atau lebih. Lalu Datang keposyandu setiap bulan untuk lakukan pemantauan bayi (timbang ukur) serta terus memberi asi Ekslusif pada bayi selama 6 bulan,” jelasnya
“Kita berharap gerakan pencegahan stunting merupakan aksi yang harus digalangi sejak dini mulai dari tatanan pemerintah paling rendah hingga paling atas dengan dukungan berbagai elemen masyarakat,” kunci La Andi. (Adm)
Penulis : Arwin
Editor : Gunardih Eshaya