Kamis, November 21, 2024

RI Cegah Harga Nikel Naik Tinggi, Kenapa?

SATULIS.COM – Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) mengungkapkan keuntungan dibalik turunnya harga nikel di dunia. Khususnya keuntungan untuk sektor ekosistem baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV).

Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves, Septian Hario Seto mengatakan bahwa Indonesia saat ini tengah mendorong pembangunan ekosistem baterai kendaraan listrik dalam negeri.

Dia menilai turunnya harga nikel saat ini bisa mendorong produksi baterai EV yang menggunakan bahan baku nikel menjadi ekonomis. Seto menilai jika harga nikel terlalu tinggi maka akan membuat produksi baterai EV mahal yang berdampak pada harga mobil listrik yang mahal pula dan menurunkan daya beli masyarakat.

“Kalau harga nikel tinggi US$ 20 ribu US$ 24 ribu, US$ 25 ribu maka nanti harga baterai mahal, mobil listriknya mahal, akibatnya penjualannya turun dan akan ada teknologi baru yang menggantikan untuk nikel ini,” ungkap Seto dalam acara Economic Outlook 2024 CNBC Indonesia, dikutip Sealasa (5/3/2024).

Seto juga mengungkapkan jika harga nikel terlampau tinggi maka akan ada teknologi lain yang menggantikan nikel dan bahkan bisa mengakibatkan hilirisasi nikel di Indonesia tidak berkembang.

“Kita tahu LFP (Lithum-Ferro-Phosphate) bisa berkembang tapi kalau harga nikel terus tinggi hilirisasi nggak akan tumbuh,” tambahnya.

Adapun, seto mengatakan tingginya harga komoditas tambang juga pernah terjadi pada jenis kobalt yang mana mengakibatkan kandungan kobalt pada baterai EV menurun.

“Sejarahnya di kobalt 4 tahun lalu bisa US$ 80 ribu 3-4 kali harga sekarang. Yang terjadi, perusahaan baterai berusaha mencari teknologi baru menurunkan kobaltnya. Kalau dulu 20% di katodanya sekarang ada yang 10% 5%. Jadi mempengaruhi demand jangka panjang jadi kita harus berpikir,” bebernya.

Baca Juga :  5G Telkomsel Mulai Bisa Dipakai Hari Ini, Harus Ganti Kartu SIM?

Dengan begitu, dia mengungkapkan dengan mendorong pembangunan ekosistem baterai EV di Indonesia maka Indonesia tidak hanya berkompetisi melalui nikel tapi juga pada komoditas lainnya.

“2-3 tahun akan ekosistem baterai semakin lengkap, anoda, copper foil, nanti Indonesia akan compete tidak hanya nikel tapi ekosistem mobil dan baterai kendaraan listrik yang kompetitif,” tandasnya.

Sumber : CNBC Indonesia

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

IKLAN

Latest Articles