Sabtu, Oktober 26, 2024

Buton Dimata Umar Samiun (Bagian II)

*Wakaka, Raja Buton Pertama Berasal Dari Bambu

Sebelum pemerintahan berubah dari era Kerajaan menjadi era Kesultanan karena masuknya ajaran agama islam, sejarah Buton mencatat terdapat enam orang raja yang berkuasa. Menjadi unik karena raja pertama dijabat oleh seorang perempuan, yakni Wakaka. Terlebih lagi Wakaka dimitoskan lahir dari sebuah batang bambu.

Catatan : Gunardih Eshaya
Buton

Konon cerita mia patamiana ini mengangkat raja setelah kedatangan kelompok Wakaka. Alasannya karena zaman dulu masyarakat mudah dipersatukan jikalau silsilah orang itu tersembunyi. Olehnya itu seluruh raja di Buton bahkan hampir seluruh raja di nusantara selamanya asal muasalnya di mitoskan. Khusus untuk Wakaka sendiri dimitoskan lahir dari bambu gading.

Hal itu bertujuan agar semua titah yang dikeluarkan oleh raja bisa dipatuhi, karena saat itu belum ada sistem pengamanan yang mengatur secara menyeluruh. Mitos Wakaka sendiri yang konon lahir dari bambu oleh sebagian besar masyarakat dimasa kini menilai hal tersebut merupakan siyal yang menguatkan bahwa Wakaka berasal dari Cina. Karena pohon bambu sendiri merupakan simbol tanaman yang berasal dari Cina.

Diangkatnya Wakaka sebagai raja pertama yang juga merupakan pendatang, tentu menimbulkan pertanyaan baru. Mengapa disaat pemerintahan parlemen yang sudah terbentuk di Buton saat itu tidak mengangkat raja dari dalam lembaga parlemen itu sendiri, justru raja yang diangkat juga datang dari luar. Hal itu terjawab dengan munculnya falsafah Buton “Ala imendeumu mendeu ilamu” (Ambil yang kamu tidak inginkan dan jangan ambil yang kamu inginkan).

Istana Sultan Buton (disebut Kamali atau Malige) yang hingga kini masih kita temukan di Kota Baubau. Meskipun didirikan hanya dengan saling mengait, tanpa tali pengikat ataupun paku, bangunan ini dapat berdiri dengan dengan kokoh dan megah di atas sandi yang menjadi landasan dasarnya.

Itulah yang kemudian menjadi cikal bakal sara patanguna yang membuat sisi kelembagaan dari sistem pemerintahan kerajaan dan kesultanan Buton dimasa lampau sangat kuat. Karena dalam pemilihan raja, aturan lebih diprioritaskan pada penguatan sebuah kelembagaan, bukan dari sisi figur raja/sultan atau pimpinan negara itu sendiri. Tak heran dari enam orang raja dan 38 sultan yang ada di Buton, 90 persen dimakzulkan atau diturunkan dari jabatannya jika melanggar ketentuan peraturan yang sudah ditetapkan.

Baca Juga :  Pasca Bebas, Umar Samiun Ingin Kunjungi Desa-Desa di Buton

Pelantikan raja pertama sendiri dilakukan oleh keempat menteri atau disebut empat Limbo yang para pimpinannya disebut Bonto. Kesatuan ke-empat Bonto ini disebut Patalimbona, masing-masing Bontona Gundu-Gundu, Barangkatopa, Peropa dan Baluwu.

“Dalam pelantikan seorang raja dan sultan Buton selalu dilakukan momen sakral, yaitu mengelilingi raja yang dilantik dengan payung sebanyak delapan kali dan kemudian berkembang menjadi sembilan kali sebagai simbol sembilan bonto (sembilan menteri),” tutur Umar Samiun.

Rentetan panjang perjalan Buton hingga terbentuk sebuah kerajaan tentu mendorong batin bagi seluruh masyarakat Buton yang ingin mengetahui siapa sebenarnya mereka. Untuk mengetahui asal muasal mereka yang telah membetuk kerajaan Buton.

Masyarakat Buton sendiri sudah mengetahui secara luas bahwa Wakaka berasal dari negeri Cina. Ditandai dengan simbol naga yang dibawa Wakaka yang kemudian digunakan menjadi simbol kerajaan Buton. Naga sendiri diyakini berasal dari Cina.

Sementara Sibatara sendiri tidak diketahui persis berasal dari mana. Yang pasti Sibatara datang dengan membawa keris, dan keris sendiri dikenal merupakan senjata yang digunakan oleh kerajaan di Jawa.

“Dari rentetan sejarah panjang Buton kita bisa pastikan yang membentuk kerajaan buton sendiri merupakan pendatang yang sudah pasti pernah hidup dalam budaya dan peradaban besar. Makanya perlu kiranya dilakukan penelitian untuk mengetahui siapa mereka itu,” pendapat Umar Samiun.

Selain kedatangan para kelompok tersebut yang kemudian membentuk Kerajaan Buton, ada pula kelompok lain yang dipimpin oleh Panglima Dukun Cangia. Kelompok ini yang kemudian menjadi cikal bakal dari masyarakat Cia-cia. Hal ini yang kemudian membantah keras bahwa porsi Cia-cia berada diluar implementasi sejarah Kerajaan Buton, sebab pada saat itu panglima dukun Cangia yang merupakan cikal bakal masyarakat cia-cia secara keseluruhan. Dalam sejarah Buton dukun Cangia ini yang kemudian mengawinkan putrinya dengan raja ketiga buton dan melahirkan anak yang menjadi panglima Duku Torede.

Baca Juga :  Kisah Pilu Enam Awak KM Bunga Rosia. Alami Rusak Mesin dan Tenggelam, Hingga Bertahan Hidup di Lautan

Panglima itulah yang bertugas mengantar raja ke empat yang tengah sakit ke tanah jawa karena raja dikisahkan hanya bisa sembuh kalau dia menginjakan kaki ditanah jawa, padahal saat itu ditanah jawa sedang dalam kondisi perang.

“Jadi sekali lagi seluruh rentetan sejarah Buton itu telah menutup cerita bahwa sebenarnya tidak ada etnis atau kasta yang rendah di kerajaan buton, hanya saja banyak yang belum mengetahui ini termasuk saya sendiri,” tutur Umar Samiun.

Kesimpulan ceritanya bahwa buton dibesarkan oleh warga pendatang yang ditandai dengan simbol keris dan naga. Selain simbol naga ada pula yang menyebut asal kata Wolio yang merupakan pusat pemerintahan kerajaan buton diambil dari bahasa cina yang berarti Wo (Kami) Lie yang kemudian disebut Lio dalam pengucapan sehari-hari masyarakat Buton yang artinya dalam bahasa cina berarti disini. Jadi sebenarnya Wakaka itu memberikan isyarat bahwa saya Wakaka tertinggal disini.

“Umpama benar Sipanjonga datang dari bahasa melayu, dukun changiang dari bangsa cina, dan sibatara dari tanah Jawa, maka daerah itulah tiga pokok yang melahirkan kerajaan kesultanan Buton. Jadi kita memiliki 6 orang raja dan 38 Sultan sebelum kita menyatakan diri bergabung dengan NKRI. Itulah kehidupan masa lalu kita,” papar Umar Samiun.  (bersambung)

IKLAN

Latest Articles