Aktivis Sarankan Penerbangan Ini untuk Wakatobi

790
Ketgam : Roziq Arifin saat menggelar aksi unjuk rasa didepan kantor Bupati Wakatobi beberapa waktu lalu. (Dok)

SATULIS.COM, WAKATOBI Kabupaten Wakatobi saat ini mengalami kekosongan dalam pelayanan penerbangan udara pasca Wings Air (kode penerbangan IW) member of Lion Air Group sementara tak melayani penerbangan penumpang berjadwal domestik (regular flight) intra Sulawesi Tenggara (Sultra) dari Bandar Udara (Bandara) Matahora di Pulau Wangiwangi, Kecamatan Wangiwangi Selatan (Wangsel), Kabupaten Wakatobi tujuan Kendari melalui Bandar Udara Haluoleo di Konawe Selatan (KDI) pergi pulang (PP).

Penghentian operasional sementara itu dimulai 8 Juli 2022 hingga pemberitahuan lebih lanjut/until futhter notice (UFN).

Salah satu aktivis di Wakatobi, Roziq mengatakan, di bulan yang sama hingga waktu yang belum ditentukan maskapai tersebut juga menghentikan sementara penerbangan dengan rute Kupang-Ruteng-Kupang Nusa Tenggara Timur (NTT) dimulai pada 29 Juli 2022 .

- Advertisement -

Alasannya sama dengan alasan yang disampaikan kepada pengguna jasanya di Kabupaten Wakatobi, juga untuk melakukan evaluasi terhadap kinerja penerbangan di daerah tersebut. Di samping itu, juga akibat kenaikan minyak yang melanda dunia.

“Sebelum Wakatobi dan dua daerah di NTT, di luar negeri khususnya Maskapai Nigeria (AON) di negara Nigeria justru lebih awal menghentikan operasi penerbangan sejak awal bulai Mei tahun 2022. Hingga pemberitahuan lebih lanjut, disebakan juga oleh harga minyak melambung berlipat-lipat,” katanya di Wangiwangi, Minggu (7/8/2022).

Menurut Roziq, di Wakatobi, hal demikian tentu berpengaruh terhadap angka kunjungan wisatawan domestik maupun mancanegara. Tak pelak, pengguna jasa merupakan kalangan menengah ke atas, yang rata-rata berwisata dan tidak sedikit juga dalam rangka kunjungan kerja sambil menyelam minum air.

“Saat ini pemerintah daerah (Pemda) setempat tengah berupaya untuk menghadirkan kembali maskapai komersil jenis ATR tersebut. Supaya kembali mengudara di daerah yang terkenal akan surga nyata bawah laut itu melalui rencana subsidi,” ungkapnya.

Baca Juga :  DPW RGPI Wakatobi Ikut Lestarikan Budaya Ayunan Jodoh

Kata Roziq, dalam perjalanannya Pemda dihadapkan dengan kewajiban untuk melakukan deposito kepada pihak perusahaan maskapai tersebut. Nilainya pun sangat fantastis sebesar Rp6 miliar, akibat kenaikan harga bahan bakar avtur yang melambung drastis. Itu juga tentu dipengaruhi oleh biaya operasional yang tidak sedikit.

“Namun kenapa tidak pihak Pemda dalam hal ini Pemda Wakatobi mencoba menjajaki kerjasama dengan pihak maskapai plat merah salah satunya Pelita Air milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang menterinya adalah Erick Thohir. Kalau misalkan, penawaran yang ditawarkan oleh pihak maskapai berlambang singa itu terlalu fantastis nilainya,” ujarnya.

Menurut pandangan Roziq, di tengah mahalnya bahan bakar dan sebagainya, tidak menutup kemungkinan perusahaan milik negara itu hadir untuk mengintervensi laju perekonomian di daerah itu. Meski tak banyak, sekaligus menambah pundi-pundi pendapatan negara di bidang jasa. Kalau Pemda Wakatobi melihat peluang itu.

“Di lain sisi, pihak maskapai penerbangan tidak akan terlalu terbebani oleh harga avtur yang mengalami kenaikan, kendati Pelita Air adalah anak perusahaan dari Perseroan Terbatas (PT) Pertamina selaku penyumbang deviden terbesar di Indonesia. Pesawat punya mereka, minyak milik mereka sehingga minim kelimpungan dalam urusan bahan bakar jet,” paparnya.

Ditambah lagi dengan status Wakatobi sebagai salah satu Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN), lanjut Roziq, didukung pula oleh cita-cita Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo (Jokowi) untuk untuk menjadikan daerah tersebut menjadi satu dari sepuluh Bali baru atau top ten destinasi pariwisata nasional. Belum lagi dengan berbagai rentetan even daerah, yang bakal dihelat dalam waktu dekat ini yang tentunya membutuhkan aksesibilitas mumpuni.

Hal itu semakin diperkuat dengan kunjungan  kerja Presiden RI baru-baru ini dalam rangka membuka puncak acara Gugus Tugas Reforma Agraria (GTRA) Summit Wakatobi pada awal bulan Juni lalu.

Baca Juga :  Reward Penyanyi Aubade HUT RI Ke-77 Wakatobi Hanya Rp 20 Ribu

Lebih lanjut Riziq menjelaskan, Yang perlu direview, diulas dan dilirik oleh Pemda Wakatobi bukanlah Jeep Mercedes Benz seri G-300 Presiden sebelum menyambangi tujuh titik yang merupakan titik terbanyak sepanjang kunker Jokowi ke suatu daerah.

“Ibarat kode, dalam kunjungan Presiden ke Wakatobi kala itu, orang nomor satu di Indonesia tersebut menggunakan maskapai penerbangan Pelita Air ATR 72-500 PK-PAV (Baling-baling) yang tentunya sangat cocok untuk landasan pacu yang tidak terlalu panjang, seperti Bandara Udara Mahatora di Wakatobi,” terangnya.

Sehingga, peluang itu yang mestinya dijemput Pemda Wakatobi. Saat ini Pelita Air telah membuka rute penerbangan domestik di beberapa destinasi, yakni Jakarta-Denpasar (Bali), Jakarta-Yogyakarta, dan minggu lalu baru saja menjalin kerja sama dengan PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) untuk membantu lalu lalang operasional perusahaan. Termasuk angkutan penumpang, angkutan kargo, angkutan VIP serta angkutan evakuasi medis untuk rute Bontang-Balikpapan-Bontang.

“Sangat berpotensi untuk wacana rute Bali-Wakatobi dan beberapa titik persinggahan lainnya. Untuk menunjang program KSPN didalam peningkatan jumlah kunjungan Wisatawan ke Wakatobi Pelita Air memungkinkan untuk membuka rute Denpasar-Wakatobi,” tuturnya.

Ia menambahkan, jika itu lebih menarik karena Pelita Air sudah ada rute Jakarta-Denpasar. Untuk tahap awal bisa satu minggu satu kali atau dua kali. Jadi program pembukaan rute khusus untuk peningkatan jumlah wisatawan. Sangat memungkinkan rute Denpasar-Wakatobi-Manado atau Ambon. Kendati Denpasar dan Manado adalah Bandara Internasional yang jumlah wisatawannya cukup tinggi.

“Yang pasti, tujuan dibukanya rute itu untuk peningkatan jumlah Wisatawan dan alternatif warga yang menginginkan tujuan ke Jakarta atau kota lain karena mayoritas kota besar punya penerbangan ke Denpasar,” pungkasnya. (Adm)

Komentar